Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Kamis, 27 Maret 2014

Galeri Foto: Taman Kesatuan Bangsa Alex Kawilarang 2013-2014

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.


Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.

Patung Dotu Lolong Lasut di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado, Januari 2014.

Patung Dotu Lolong Lasut di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang di pusat kota Manado, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang di pusat kota Manado, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang di pusat kota Manado, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang di pusat kota Manado, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang di pusat kota Manado, Januari 2014.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama sebuah jalan di sebelah barat Taman Kesatuan Bangsa, pusat kota Manado pada tahun 2013.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama kembali untuk Taman Kesatuan Bangsa (TKB) di pusat kota Manado menjadi Taman Kesatuan Bangsa Alex Kawilarang dari sebelumnya Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Dotu Lolong Lasut, Januari 2014.
Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur, Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama kembali untuk Taman Kesatuan Bangsa (TKB) di pusat kota Manado menjadi Taman Kesatuan Bangsa Alex Kawilarang dari sebelumnya Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Dotu Lolong Lasut, Januari 2014.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur dan Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama kembali untuk Taman Kesatuan Bangsa (TKB) di pusat kota Manado menjadi Taman Kesatuan Bangsa Alex Kawilarang dari sebelumnya Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Dotu Lolong Lasut, Januari 2014.

Penghormatan kepada mantan Panglima TT-IT/Indonesia Timur dan Panglima TT-III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang oleh Pemerintah Kota Manado memberi nama kembali untuk Taman Kesatuan Bangsa (TKB) di pusat kota Manado menjadi Taman Kesatuan Bangsa Alex Kawilarang dari sebelumnya Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Dotu Lolong Lasut, Januari 2014.

 Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Alex Kawilarang, Januari 2014.

Galeri Foto: Trip to Jakarta, Januari - Februari 2011

Perjalanan ke Jakarta, 
Januari sampai awal Februari 2011



Tengah malam di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 9 Februari 2011.

Tengah malam di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 9 Februari 2011.

Tengah malam di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 9 Februari 2011.

Tengah malam di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 9 Februari 2011. 

Tengah malam di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 9 Februari 2011. 

Di dinding monumen, tertulis kalimat dalam bahasa Belanda dan bahasa Jawa.

“Sebagai kenang-kenangan yang menjijikan pada si jahil terhadap negara yang telah dihukum Pieter Erberveld. Dilarang mendirikan rumah, membangun dengan kayu, meletakan batu bata dan menanam apapun di tempat ini, sekarang dan selama-lamanya. Batavia, 14 April 1722”.

Tulisan tersebut bercerita mengenai asal muasal sang monumen, sebagai peringatan atas hukuman yang dijatuhkan pada pemberontak Belanda di masa lalu. Monumen ini sungguh membawa saya ke dalam rasa penasaran atas peristiwa yang menjadi asal muasalnya. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan sebutan peristiwa pecah kulit.
Pieter Elberverd adalah keturunan Indo dan merupakan tuan tanah kaya raya yang tinggal di kawasan Pangeran Jayakarta. Suatu waktu, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) sebagai pihak yang berkuasa ingin memperluas wilayah dan menyita tanah-tanah di Batavia, termasuk tanah milik Pieter Elberverd. Tanah-tanah tersebut disita tanpa adanya ganti rugi.
Tidak terima dengan hal tersebut, Pieter Elberverd pun merencanakan pemberontakan. “Kebetulan pada saat itu, banyak pemberontak lokal. Elberverd dan para pemberontak tersebut merencanakan kudeta,” cerita Aji, pemandu dari Komunitas Love Our Heritage (LOH).
Pemberontakan direncanakan saat perayaan tahun baru, ketika pihak Belanda sedang bersenang-senang merayakan pergantian tahun hingga mabuk. Sayangnya, rencana pemberontakan mereka dibocorkan oleh pembantu Pieter Elberverd sendiri.
Menjelang perayaan tahun baru, Elberverd dan rekan-rekannya justru ditangkap terlebih dahulu oleh pihak VOC. Mereka pun diberi hukuman yang keji karena telah memberontak.
Kedua tangan dan kaki mereka diikat pada tali tambang. Keempat ujung tali tambang kemudian diikatkan pada kuda-kuda pilihan yang sangat kuat. Kemudian, kuda-kuda tersebut dilecut hingga berlari ke arah-arah yang berlawanan. Badan Elberverd dan rekan-rekannya pun terkoyak. Daging mereka terburai, kulit mereka pecah. Itu lah mengapa peristiwa tersebut diberi nama peristiwa pecah kulit.


Jejak-jejak Freemasonry di Indonesia. Lambang jangkar.

Patilasan Groot-Majoor Tololiu Herman Willem Dotulong di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, 9 Februari 2011. T.H.W. Dotulong memimpin Serdadu Tulungan Minahasa dalam membantu Belanda menumpas Perang Jawa (Perang Diponegoro) tahun 1825-1830.

Patilasan Groot-Majoor Tololiu Herman Willem Dotulong di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, 9 Februari 2011. T.H.W. Dotulong memimpin Serdadu Tulungan Minahasa dalam membantu Belanda menumpas Perang Jawa (Perang Diponegoro) tahun 1825-1830.

 
Patilasan Groot-Majoor Tololiu Herman Willem Dotulong di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, 9 Februari 2011. T.H.W. Dotulong memimpin Serdadu Tulungan Minahasa dalam membantu Belanda menumpas Perang Jawa (Perang Diponegoro) tahun 1825-1830.

Patilasan Groot-Majoor Tololiu Herman Willem Dotulong di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, 9 Februari 2011. T.H.W. Dotulong memimpin Serdadu Tulungan Minahasa dalam membantu Belanda menumpas Perang Jawa (Perang Diponegoro) tahun 1825-1830.

 Santai di Pacific Place, Jl. Sudirman.

Kubur Mayor Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

Kubur Mayor Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

 
Prasasti peringatan Peristiwa Lengkong bulan Januari 1946 di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

Kubur Mayor Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

Kubur Mayor Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

 Kubur Mayor Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

Kubur Mayor Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang, Banten, 15 Februari 2011.

Jl. Gatot Subroto, Jakarta.

Gedung Arsip Nasional RI (ANRI), 16 Februari 2011.

Gedung Arsip Nasional RI (ANRI), 16 Februari 2011. Walau termasuk "murah" namun akses masuk ANRI sangat sulit dan agak berbelit.

Gedung Arsip Nasional RI (ANRI), 16 Februari 2011.

Gedung Arsip Nasional RI (ANRI), 16 Februari 2011.

Gedung Arsip Nasional RI (ANRI), 16 Februari 2011.

Gedung Arsip Nasional RI (ANRI), 16 Februari 2011.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. Di paling bawah ada foto pengurus Perhimpunan Indonesia dimana Arnold Mononutu menjadi anggota pengurus.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. Peragaan pementasan pertama kali lagu "Indonesia Raya" oleh W.R. Supratman dengan biola.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. Peragaan pementasan pertama kali lagu "Indonesia Raya" oleh W.R. Supratman dengan biola.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. 
Panitia Kongres Pemuda Indonesia II tahun 1928.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. 
Diorama.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. 

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. 
Para pengurus Jong Minahasa/Perserikatan Minahasa.

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. 

Gedung Museum Sumpah Pemuda, Jl. Salemba, 16 Februari 2011. 

Majalah Waleta Minahasa mendapat nomor ISSN dari PDIN-LIPI, Jl. Gatot Subroto Jakarta, yaitu No. 2088-0367.

Majalah Waleta Minahasa mendapat nomor ISSN dari PDIN-LIPI, Jl. Gatot Subroto Jakarta, yaitu No. 2088-0367.

Majalah Waleta Minahasa mendapat nomor ISSN dari PDIN-LIPI, Jl. Gatot Subroto Jakarta, yaitu No. 2088-0367.

Majalah Waleta Minahasa mendapat nomor ISSN dari PDIN-LIPI, Jl. Gatot Subroto Jakarta, yaitu No. 2088-0367.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Gatot Subroto Jakarta, 16 Februari 2011.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Gatot Subroto Jakarta, 16 Februari 2011.

Pusat Sejarah Mabes TNI, Jl. Gatot Subroto Jakarta, 16 Februari 2011.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Gatot Subroto Jakarta, 16 Februari 2011.

Kubur Adriaan Johanes Talumewo asal Poopo Minahasa Selatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, 16 Februari 2011.

Kubur Adriaan Johanes Talumewo asal Poopo Minahasa Selatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, 16 Februari 2011.

Kubur J.B. Assa asal Poopo Minahasa Selatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, 16 Februari 2011.

Kubur J.B. Assa asal Poopo Minahasa Selatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, 16 Februari 2011.

Kubur Letjen TNI Arie J. Kumaat di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, 16 Februari 2011.

Kubur Letjen TNI Arie J. Kumaat di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, 16 Februari 2011.

Ruang Suratkabar di Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Jakarta, 17 Februari 2011.

Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Jakarta, 17 Februari 2011.

Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Jakarta, 17 Februari 2011.

Koran Soeara Minahasa No. 17/Th. 5, tanggal 1 September 1925.

Koran Tjahaja Sijang, edisi perdana (No. 1), 20 Januari 1869.
Terbit di Tanawangko, Minahasa. Koran pertama-tama yang terbit di tanah Minahasa.

Museum Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Barat Jakarta, 18 Februari 2011.

Museum Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Barat Jakarta, 18 Februari 2011.

Di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Kota Manado dari udara, Februari 2011.
Tampak di latar depan Mega Mas, Mantos dan MCC. Di tengah-tengah ada Stadion Klabat.

Gunung Soputan dan pegunungan Kuntung i Wailan mendominasi panorama Minahasa dari arah Barat, Februari 2011.