Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Sabtu, 17 Oktober 2009

Galeri Foto Minahasa: Seminar Otonomi Daerah 3 Provinsi Sulut di Gran Puri

Seminar Otonomi Daerah Pemekaran 3 Provinsi Sulut
di Hotel Gran Puri - Ranotana Manado
19 Juni 2009


Pemateri, dari kiri ke kanan: Drs. Jainuddin Damapolii, Mayjen TNI Purn. C.J. Rantung (mantan Gubernur Sulut 2 periode) Drs. Roy Erickson Mamengko, M.Th, Ph.D (dosen FISIP Unsrat) Mayjen TNI Purn. Ferry FX. Tinggogoy anggota DPD RI.

Dolfie Maringka sedang berbicara.

K.H. Arifin Assegaf: tiada rotan, akar pun jadi; tiada musolah, ruang bilyar pun jadi tempat solat.

K.H. Arifin Assegaf: tiada rotan, akar pun jadi; tiada musolah, ruang bilyar pun jadi tempat solat.

Pemateri & sebagian peserta seminar.

Pemateri & sebagian peserta seminar.

Bode si peserta seminar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar