Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Kamis, 20 November 2008

Galeri Foto Minahasa: MANGUNI Makasiouw

Klik di gambar for mo dapa depe ukuran besar.

MANGUNI MAKASIOUW

Galeri Foto Minahasa: Manado Tempo Doeloe

Klik pada gambar untuk mendapatkan ukuran asli yang besar.

Taman Kota Manado 1980-an

Taman Kota Manado 1970-an

Manado 1930

Manado 1930

Manado tahun 1880

Senin, 17 November 2008

Galeri Foto Minahasa: Amurang Tempo Doeloe

Amurang yang kucintai, kita nyanda mo lupa ......

Schermoefeningen van jongens van de eerste gouvernementsschool der 2e klasse te Amoerang, ten zuidwesten. 1934
Demo para siswa Sekolah Dasar Amurang klas 2 dalam
acara penyambutan Gubernur-Jenderal A.C. de Graeff 1934.

Kinderkoor van de protestants-christelijke inlandse scholen der 2e klasse te Amoerang, ten zuidwesten va. de Manado. 1934
Koor para siswa Sekolah Dasar Melayu Kristen Amurang klas 2 dalam acara penyambutan Gubernur-Jenderal A.C. de Graeff tahun 1934.

Erepoort te Amoerang, ten zuidwesten van Manado, ter gelegenheid van de komst van gouverneur-generaal A.C de graeff 1934
(Gerbang Amurang, di sebelah barat daya Manado, sewaktu acara penyambutan Gubernur-Jenderal A.C. de Graeff)



Kubur K.T. Hermann di pekuburan Ranoyapo

Rumah dari penginjil K.T. Herrmann di Amurang tahun 1847. Sekarang terletak di SD GMIM samping Kantor POM Amurang.

Z
endeling [S.D.] van der Velde van Cappellen, zendeling te Amoerang tahun 1850-an.

potret Amoerang 1907 - 1912

Klik di gambar for mo dapa depe ukuran besar.

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

Jumat, 14 November 2008

Galeri Foto Pribadi: Slagbom Keluarga Besar TALUMEWO di Poopo Minsel

Slagbom Keluarga Besar TALUMEWO di Poopo Minsel

Bodewyn Grey Talumewo, Bode Talumewo
Slagbom Keluarga Besar TALUMEWO-MAMRIMBING di Poopo - Minsel.
Slagbom Bodewyn Grey Talumewo.


Bodewyn Grey Talumewo, Bode Talumewo
Slagbom Keluarga Besar TALUMEWO-SUAL di Poopo - Minsel

NB: Klik di slagbom for mo dapa depe versi besar!

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

Kamis, 13 November 2008

Galeri Foto Minahasa tua: kantor, zendeling, Manado

Kantor Pemerintahan di Minahasa:
Baris atas: Kantor Keresidenan Manado 1910, Kantor Gubernur SULUT 1960-an
Baris tengah: Kantor Keresidenan Manado 1922 & Kantor Gubernur SULUT 2005
Baris bawah: Kantor Minahasaraad (Dewan Minahasa) 1935 & Minahasaraad 1980-an

Ds Johann Albert Traugott Schwarz - Ahli Bahasa Tountemboan
& Dr. Nicolaas Adriani - pegawai NBG di Sulawesi Tengah

Dotu Lolong Lasut alias Ruru Ares


Galeri Foto Ekspedisi Bode Talumewo 1

Bodewyn Grey Talumewo, Bode TalumewoEkspedisi di Sonder tanggal 3 Oktober 2008
Waruga di Kolongan Atas Sonder: Dotu Mumu & istrinya Monintja

Bodewyn Grey Talumewo, Bode TalumewoEkspedisi Mawale Movement di Bukit Kasih 29 September 2008:
Batu Toar Lumimuut (bersama Fredy Wowor, Chandra Rooroh)

Bodewyn Grey Talumewo, Bode Talumewo, Pinawetengan Muda, Kiki TandayuEkspedisi Mawale Movement di Bukit Kasih 29 September 2008:
Puncak Salib (bersama Pinabetengan Muda: Kiki Tandayu, dkk)

Bodewyn Grey Talumewo, Bode TalumewoEkspedisi Mawale Movement bersama Pinabetengan Muda di Bukit Kasih 29 September 2008:
Puncak Salib

Bodewyn Grey Talumewo, Bode Talumewo Ekspedisi di kubur Dr. Sam Ratulangi di Tondano bulan Agustus 2007.

Bodewyn Grey Talumewo, Bode TalumewoEkspedisi di Waruga Opo Waranei 8 Januari 2008.
Bersama Tonaas Hengki Warokka ("Mabas")

Bodewyn Grey Talumewo, Bode TalumewoEkspedisi ke Watu Pasuwengan ne Empung di Bukit Inspirasi Desember 2007:
Tempat mandi Toar waktu kecil.

Bodewyn Grey Talumewo, Bode Talumewo, Watu Nietakan, NintakanEkspedisi di Bukit Watu Nietakan di Pinaesaan - Tompaso baru - Minsel Juli 2007.

Jumat, 07 November 2008

Sejarah Kampung POOPO Minsel

Naskah di bawah ini adalah tulisan rintisan untuk maksud penulisan buku dengan judul yang sama.
Anda diperkenankan mengutip/menyalin tulisan ini dengan memperhatikan hak cipta, demi hormat dan kemuliaan Bangsa Minahasa.

SEJARAH POOPO

Oleh Bodewyn Grey Talumewo


BAB 1.POOPO SELAYANG PANDANG: MONOGRAFI POOPO

POOPO SELAYANG PANDANG: MONOGRAFI POOPO
Geografi dan Penduduk
Letak, Batas dan Ketinggian
Jarak Jalan Raya Poopo Terhadap Beberapa Tempat di Tanah Minahasa
Iklim dan Cuaca Poopo
Luas Daerah Kepolisian Poopo
Penduduk
Kepala Pemerintahan Poopo Sepanjang Masa
Mata Pencaharian
Adat istiadat/kebiasaan (kebudayaan)
Perkawinan
Kepercayaan
Pendidikan
Tokoh-tokoh asal Poopo


GEOGRAFI DAN PENDUDUK

Letak, Batas dan Ketinggian

Letak Administrasi

Poopo terletak di daerah Minahasa bagian selatan, berada di sebelah barat kuala Ranoiapo dan di selatan kota Motoling dan Pontak, pada dataran rendah Ranoiapo. Poopo berada di Kecamatan Ranoyapo, dalam Kabupaten Minahasa Selatan, yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Poopo berada di ujung utara Pulau Sulawesi, yang berada di gugusan Kepulauan Nusantara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di mana NKRI termasuk pada benua Asia.

Pada masa Hindia-Belanda dulu, negeri1 Poöpo berada di Distrik Tompaso (yang ibu negerinya berada di Tompaso di Minahasa Tengah) dalam Afdeling Amurang di Keresidenan Manado. Kemudian negeri Poöpo berada di bawah Distrik Tompaso (yang ibu negerinya berada di Kumelembuai2).

Perkembangan selanjutnya, desa Poopo berada di bawah Kecamatan Motoling sejak tahun 1959.3 Kemudian desa Poopo berada di bawah Kecamatan Persiapan Ranoyapo yang pada tahun

Setelah Kabupaten Minahasa Selatan resmi berdiri lepas dari Kabupaten Minahasa dengan dilantiknya penjabat Bupati Drs. Ramoy M. Luntungan, maka desa Poopo semakin terbuka lebar untuk dimekarkan menjadi tiga desa. Tanggal 28 Desember 2006 yang baru lalu, Poopo resmi dimekarkan menjadi tiga oleh Bupati Minahasa Selatan menjadi desa Poopo, desa Poopo Utara dan desa Poopo Barat.

Batas-batas

Ketinggian


Kuala

Kuala-kuala yang terutama di Poopo di antaranya:

  1. Kuala Pangian di ya.

  2. Kuala Tumicakal di

  3. Kuala Sigitoy

  4. Kuala Torout .

  5. Kuala Wa’kan

Semua kuala ini bermuara di Kuala Ranoiapo yang merupakan kuala terpanjang di Minahasa (53,8 km).5

Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo (spesifik) dipantau dari satelit.

Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo dipantau dari satelit (spesifik).

Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo dari arah Teluk Amurang, yang dipantau dari satelit (3 Dimensi).

Gambar ... Batas-batas Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan UU No. 10 Tahun 2003.


Jarak Jalan Raya Poopo Terhadap Beberapa Tempat di Tanah Minahasa6

Poopo (pasar?) menuju:
Poopo –
Ranoyapo = 2.90 km
Poopo – Pertigaan Mopolo (Pontak) = 1.30 km
Poopo – Mopolo = 4.30 km
Poopo – Pontak = 2 km
Poopo – Pertigaan Lompad = 5.60 km
Poopo – Lompad = 7.73 km
Poopo – Pertigaan Raanan Lama = 9 km
Poopo – Raanan Lama = 11.18 km
Poopo – Torout = 5 km
Poopo –
Tompaso Baru = 7.34 km
Poopo –
Modoinding = 32 km
Poopo –
Motoli
Poopo –
an Kapitu = 36 km
Poopo –
Kawangkoan Bawah = 40.47 km
Poopo –
Amurang = 43.67 km

Poopo – Manado = 102.08 km

Poopo – Tumpaan = 51.63 km
Poopo –
Kawangkoan = 80.83 km
Poopo –
Watu Pinawetengan = 83.89 km
Poopo –
Tompaso via Kawangkoan = 14.58 km
Poopo –
Langowan via Kawangkoan = 91.41 km

Poopo – Tombatu via Amurang = 128.65 km

Iklim dan Cuaca Poopo7

Iklim Poopo adalah panas. Dari November sampai April bertiup angin Barat dan dari bulan Mei sampai Oktober bertiup angin Selatan. Hujan panas rata-rata terjadi dalam setahun. Cuaca Poopo beberapa tahun sebelumnya, pada setiap hari diwaktu pagi ditutup oleh embun sampai sekitar pukul 09.00. Namun kini embun hanya menyelimuti Poopo kira-kira sampai jam 06.00. Pada waktu musim kemarau perbedaan suhu sangat terasa yaitu siang terlalu panas dan malam hari terlalu dingin.

Luas Daerah Kepolisian Poopo8

Luas keseluruhan Poopo, yaitu gabungan desa Poopo, desa Poopo Utara dan desa Poopo Barat adalah xxx

Penduduk9

Jumlah penduduk Poopo pada tahun 1973 adalah 2.176 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah penduduk Poopo secara keseluruhan (Poopo, Poopo Utara, Poopo Barat) adalah 891 KK dan 3.115 jiwa.

Jumlah penduduk negeri Poopo pada tahun 1873 ada 362 jiwa, dengan catatan bahwa sekitar tahun 1859 ada sejumlah 40 keluarga yang mengungsi ke Bolmong bersama-sama aksi Pemberontakan Mintjelungan yang dipimpin oleh Tonaas Poopo (Ukung Tua), yaitu Apo Dotu Mintjelungan.

Kepala Pemerintahan Poopo Sepanjang Masa

Desa Poopo
Apo/Dotu Menajang Pendiri
Apo/Dotu
Manese ±1750 – ±1800 Tonaas
Apo/Dotu
Mintjelungan ±1800 – ±1860 Tonaas
Tandundi (Cornelius Kawatu) ±1860 – ±1875 Paukum (Ukung Tua)
Moge (Frederik Menajang) ±1875 – 1892 Hukum Tua
Karel Assa 1892 – 1903 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1903 – 1908 Hukum Tua
Lambertus Talumepa
1908 – 1910 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1910 – 1934 Hukum Tua Bintang
Eduard Menajang
1934 – 1936 Penjabat Hukum Tua
Ernst Z. Talumepa 1936 – 1946 Hukum Tua
Eric Londa 1946 – 1947 Penjabat Hukum Tua
Bern A. Menajang 1947 – 1952 Hukum Tua
Pieter Kawatu 1952 – 1953 Hukum Tua
Gradus Mamarimbing 1953 – 1960 Hukum Tua
Bern A. Menajang 1960 – 1962 Hukum Tua
Paulus M. Assa 1962 – 1965 Hukum Tua
Nico Sengkey 1965 – 1967 Penjabat Hukum Tua
Jantje H. Menajang 1967 – 1971 Hukum Tua
W.F.T. (Ampe’) Purukan 1971 – 1977 Penjabat Hukum Tua
Hans Werung 1977 – 1981 Penjabat Kepala Desa
J.A. (Yo’) Assa 1981 – 1989 Kepala Desa
Hans Werung 1989 – Kepala Desa
Beret Menayang – 2002 Kepala Desa
Kawatu Tuang Talumewo 2002 – kini Hukum Tua

Desa Poopo Utara
Mitsuwi Manuel Talumewo 2006-2008 Penjabat Hukum Tua
Maxi Londa 2008-sekarang Hukum Tua

Desa Poopo Barat
Desmon Londa 2006- Penjabat Hukum Tua

MATA PENCAHARIAN

Mata pencarian Poopo sebagian besar adalah petani. Sebagian kecil lagi menjadi pekerja paruh waktu.

Salah satu kegemaran penduduk pada waktu lampau adalah menangkap ikan (udang) di kuala-kuala. Ini disebut ma’samoi. Kata ma’samoi artinya memperguna-kan alat penangkap udang yaitu lidi pohon seho (enau) yang disusun serta diikat menjadi satu pukat.

Kaum wanita di kampung Poopo tempo dulu pandai membuat anyam-anyaman berupa tikar, dan lain sebagainya.

Pada masa pemerintahan Kuntua Bintang Abednego F. Menajang, sudah pernah diadakan pengolahan tambang emas oleh Belanda yang dipimpin olrh Ir. Stormer. Pengolahan ini sudah berhasil, tetapi kemudian dihentikan berhubung rakyat meminta 50 % dari hasil tersebut.

ADAT ISTIADAT/KEBIASAAN (KEBUDAYAAN)

Pada mulanya pakaian penduduk Poopo terbuat dari kulit kayu yang disebut momok. Kulit kayu itu diambil dari kayu momok. Adapun pakaian mereka terdiri dari:10

  1. Laweng (cawat), ialah pakaian yang menutupi bagian muka sampai ke belakang. Kedua ujung laweng ini dihubungkan dengan tali ikat pinggang.

  2. Solowiat, ialah pakaian dari kain yang menutupi bagian muka. Ujung salah satu dari kain itu dihubungkan dengan tali ikat pinggang. Laweng dan Solowiat itu lama-kelamaan mulai lenyap pada waktu Perang Dunia Ke-1 (1914-1918).

Pergaulan dan perhubungan penduduk sehari-hari amat baik sekali. Salah satu contoh yaitu anak-anak menghormati orang tua. Pada waktu lampau, penduduk pandai membuat sarung parang yang diukir, sekarang tidak lagi.11

PERKAWINAN TEMPO DULU12

Perkawinan tempo dulu dilakukan berdasarkan persetujuan, musyawarah kedua belah pihak, yaitu antara orang tua pria dan orang tua wanita (maso minta). Orang tua prialah yang berkewajiban pergi melawati (mengunjungi) orang tua wanita. Perlawatan semacam ini lazim disebut meminang atau tumenga’. Kemudian, kata sepakat antara orang-orang tua kedua belah pihak dilakukan dengan tradisi antar harta, yaitu berupa tanah, hewan dan lainnya. Semua ini merupakan pengorbanan dari pihak keluarga pria. Sebelum menikah, pihak pria diwajibkan membantu orang tua wanita (pengabdian pria).

embutuhkan bantuan orang tua atau dengan kata lain tinggal bersama-sama dengan orang tua.

Kebiasaan perkawinan ini sudah ada perubahan, hanya yang masih berlaku yaitu perlawatan (maso minta) dari orang tua pria dan antar harta (peminangan).

Dukun (orang hobatan) atau walian hingga beberapa puluh tahun lalu masih berlaku, akan tetapi hanya sedikit. Dukun berkurang disebabkan pengaruh agama Kristen.

KEPERCAYAAN


PENDIDIKAN

DAFTAR URUTAN PIMPINAN PENDIDIKAN/KEPALA SEKOLAH DASAR POOPO

Pada tahun 1963, dibuka sebuah sekolah lanjutan pertama di sebelah SD GMIM I Poopo, yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Poopo filial Tompaso Baru. SLTP ini merupakan cabang dari SLTP Negeri Tompaso Baru.13

Pada waktu satu tim peninjau melakukan pengecekan terhadap kelayakan pembentukan SLTP di Pontak, maka SMP Pontak meminjam sejumlah besar murid SLTP Poopo untuk belajar sementara di SLTP Pontak itu pada saat tim tersebut berkunjung, sehingga mempengaruhi opini dari tim tersebut bahwa SLTP Pontak sudah layak menjadi satu sekolah yang mandiri.14

1 Dahulu kampung di Minahasa dan Minangkabau disebut negeri. Pengertiannya lebih mengarah ke “pemukiman merdeka”, karena sistem yang dipegang Minahasa tempo dulu adalah “republik desa”. Masing-masing pemukiman adalah sebuah daerah berpemerintahan sendiri (berdaulat).
2 Sedangkan ibu negeri Tompaso dimasukkan ke dalam Distrik Kawangkoan dan menjadi ibu negeri distrik tersebut.
3 Kecamatan Motoling berdiri sendiri tahun 1959 dengan Camat pertamanya adalah G.N. Salangka. Lihat Boy L. Rondonuwu, Minahasa Tanah Tercinta (Jakarta, 1985), hlm. 109-110.
4 Lihat Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973) hasil seminar guru-guru SD GMIM I & II Poopo tanggal 20 Februari 1973, bandingkan Graafland 1898b, 2:LXXX.
5 Rondonuwu 1985:10, lihat juga Warokka 2004:83.
6 Warokka 2004:637-645 (dari Dinas Perhubungan & Telekomunikasi Kabupaten Minahasa Selatan).
7 Lihat Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973), hlm. 2.
8 Billy Werung (Sekretaris Desa Poopo), 11 Januari 2007.
9 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit. Sekdes Poopo (Billy Werung), 11 Januari 2007.
10 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit.
11 Ibid.
12 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Op. Cit. 3.
13 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit.
14 Wawancara Erenst Talumewo, tahun 1999.




BAB 2. SEJARAH AWAL MULA POOPO



SEJARAH AWAL MULA POOPO
Pendirian/tumani wanua Poopo
Orang-orang Pertama yang Mendiami Poopo

Asal Usul Penduduk yang Mendiami Poopo
Faktor-faktor Umum Penyebab Pendatang Tinggal di Poopo
Asal mula nama Poopo
Kisaran Tahun Berdirinya Poopo
Literatur lama yang mencatat nama Poopo
Keluarga Dotu Menajang-Reget
Poopo dalam Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Zending di Minahasa Tempo Dulu
T
entang Wanua Pontak
Tentang Kampung Poopo di Bolaang Mongondow (Poopo Mongondow)



PENDIRIAN/TUMANI WANUA POOPO

Pada tahun 1693 terjadinya sebuah peristiwa besar yaitu ..............


ORANG-ORANG PERTAMA YANG MENDIAMI POOPO

Pada abad ke-18,1 Dotu Menayang bersama istrinya Reget berangkat dari kampungnya di Minahasa Tengah ke daerah selatan Minahasa di perbatasan antara Minahasa dan Bolaang Mongondow di daerah kampung Poopo sekarang ini.2 Di sebelah daerah tempat mereka tinggal itu ada kampung yang telah ada lebih dahulu yaitu kampung Pontak. Setelah keluarga ini merasa bahwa daerah tempat tinggal ini baik sekali untuk dibuat sebuah pemukiman dan diusahakan sebagai tempat bertani, maka dipanggilah seorang walian (waranei?)3 yang bernama Tigau untuk meresmikan berdirinya tumani4 ini yang bertugas sebagai walian (pemimpin upacara adat) pada saat tumani tersebut pada sekitar pertengahan abad ke-18. Sesudah tumani wanua ini didirikan maka sejumlah keluarga dari wanua Pontak dan beberapa daerah di Minahasa Tengah lainnya berduyun-duyun datang menetap di desa ini.

Tidak mungkin wanua Poopo lahir sekitar tahun 1600-an karena hal ini tidak didukung berdasarkan penelusuran silsilah Dotu Menayang. Ternyata penelusuran slagbom tersebut dia tidak mungkin lahir di abad tersebut.

Gambar ...Suasana perladangan orang Minahasa tempo dulu (± 1850).

ORANG PERTAMA YANG MENDIAMI POOPO

Dotu Menajang dan istrinya Reget, berasal dari Sonder beserta anaknya yaitu Dotu Sual. Dengan demikian orang pertama yang datang dan mendirikan tumani Popoh adalah:

    1. Apo/Dotu MENAJANG5

    2. Apo REGET (istri Apo Menajang)

    3. Apo/Dotu SUAL (anak Reget, anak tiri Apo Menajang)

    4. Tigau (berfungsi sebagai walian)

Gambar ...Batu Aitani Poopo ketika dipugar oleh mahasiswa KKN Unsrat Manado tahun 2006.


Gambar ...Batu Aitani Poopo, diletakkan oleh Apo Menajang saat mendirikan tumani Popoh.


ASAL USUL PENDUDUK YANG MENDIAMI POOPO

1 Abad ke-18 dalam perhitungan kalender dihitung antara tahun 1700 sampai 1799.
2 Menurut beberapa penelitian dari tua-tua kampung dalam penyelidikan mengenai keluarga Menayang-Reget menyimpulkan bahwa Menayang kawin dengan Reget di Pontak, namun Apo Menayang sendiri tidak menetap di Pontak tapi segera membuka tumani Popoh. Wawancara Erenst Talumewo, 29-30 Januari 2007.
3 Menurut Erenst Talumewo, dalam penyelidikan terhadap tulisan dari opa Talumepa di Rumoong Bawah Amurang (keduanya bertemu sebelum Pergolakan Permesta), Tigau adalah seorang waranei. Tulisan tersebut berisi sejarah kampung-kampung di daerah Minahasa Selatan, yaitu di lembah Kuala Ranoiapo.
4 Tumani adalah sebutan untuk sebuah kompleks pemukiman awal yang merupakan cikal bakal dari sebuah wanua, yang sekarang ini dikenal dengan nama desa.
5 Apo’ adalah istilah yang biasa digunakan oleh orang Tompakewa/Tountemboan untuk istilah“opo”
6 Henley 2000:...
7 Supit 1986:96, Watuseke 1968:Lamp. IX.
8 Bandingkan Ben Booma, Laporan Pelaksanaan KKN di Desa Pontak Kabupaten Minahasa Selatan (Tomohon, 2006).



Orang Poopo pada umumnya berasal dari Minahasa Tengah, yaitu dari daerah Sonder, Tompaso, dan Langowan. Hasil dari pengumpulan data-data dari orang-orang tua Poopo maka jelaslah bahwa Keluarga Menayang-Reget berasal dari Sonder, dimana Dotu Menayang berasal dari Sonder, sedangkan istrinya Reget berasal dari Tompaso.1 Sebagai perbandingan, di Sonder sekarang banyak terdapat fam Menayang.


ASAL USUL PENDUDUK TUMANI WANUA POOPO / ASAL MULA WANUA

  • Sonder/Kawangkoan (antara lain Menayang, Reget, Kawatu, Tololiu, Masinambouw)
  • Tompaso (Sondak, Reget, Sual, Rindengan, Assa)
  • Langowan (Talumewo, Lumintang)
  • Pontak (Mamarimbing, Mamusung, Saroinsong)

Dengan demikian Poopo merupakan salah satu bagian dari daerah anaksuku (Pakasaan) Tountemboan dengan bahasa pengantar adalah bahasa Tountemboan dialek makelei.2


FAKTOR-FAKTOR UMUM PENYEBAB PENDATANG TINGGAL DI POOPO
  • Perselisihan antar walak di

  • Hal ini membuat Dotu Menajang berhenti di situ, kemudian membuat tumani yang kemudian dibentuk menjadi sebuah wanua.


ASAL MULA NAMA POOPO

Ada dua dugaan orang tentang asal mula penamaan kampung Poopo di Minahasa Selatan:


  1. Ai Popoh = rumah bertiang tinggi

Rumah tinggi demikian didirikan penduduk mula-mula karena mereka berada di ujung selatan Tanah Minahasa, sedangkan mereka tidak membuat pagar bambu di sekeliling tumani seperti biasanya sebuah kompleks pemukiman di Minahasa pada masa itu.

Kata “popoh” ini berasal dari bahasa Tombulu yang berarti “rumah/pondok yang berlantai tinggi”

* Dalam Kamus Toumbulu-Indonesia oleh K.Y. Ering, disebutkan:7

popo” ada dua artinya (1) menantang dan menahan dengan tangan,

(2) pondok di kebun, lantainya ditinggikan

po’po” artinya kelapa

* Dalam Kamus Dwibahasa Tonsea-Indonesia oleh Drs. P.P.Kepel dan Drs. J. Ganda, disebutkan:8

popo (n=kata benda)”9 artinya pondok; dangau; bangunan sementara yang didirikan di sawah, ladang dsb. Untuk tempat berteduh, makan dsb.

popo (a=kata sifat)” artinya pendek

popo (v=kata sifat)” artinya 1. tatang; membawa/mengangkut di atas telapak tangan

2. tadah; tampung (Melayu Manado dafo).

po’opo’ (n=kata benda)” 1. tanaman/buah kelapa.

2. nama desa di Kabupaten Minaahsa Selatan.

* Dalam Kamus Ratahan-Indonesia dan Indonesia-Ratahan oleh A. Kolinug, disebutkan:10

popo” artinya rumah satu tiang

  1. Poöpo’ = pohon kelapa

Tidak ada bukti bahwa desa Poopo dinamai menurut pengertian di atas, yaitu yang berhubungan dengan kelapa.

Namun yang diakui oleh orang Poopo adalah popoh. Popoh adalah nama untuk sebuah “sabuah” yang lantainya pitate, yang ditinggikan, dan rumah itu berdiri di atas tiang-tiang tinggi (semacam panggung). Menurut tokoh masyarakat Poopo, Erenst Talumewo rumah itu seperti yang dibuat oleh orang Bolaang-Mongondow, dimana atapnya (terbuat dari katu) hampir menyentuh tanah tanpa jendela.11

KISARAN TAHUN BERDIRINYA POOPO

Pandapat awal penulis bahwa Poopo berdiri pada abad ke-XVIII,12 tepatnya antara tahun 1715-1760.

Namun kita dapat mengetahui sedekat mungkin mengenai tahun berdiri Poopo dengan mengadakan penyelidikan terhadap beberapa hal:

  1. Slagbom keluarga dari dotu-dotu kampung Poopo.
  2. Penyelidikan terhadap slagbom merupakan penyelidikan yang penting karena kita dapat lebih menyederhanakan tahun spesifik dari berdirinya tumani Poopo yang dilakukan oleh pasangan suami istri Menajang dan Reget bersama anak Sual.
  3. Buku baptisan Resort Kumelembuai (Klasis Kumelembuai dahulu).
  4. Buku baptisan ini menjadi salah satu faktor penting dalam menyelidiki slagbom Poopo. Cara ini memang belum tentu berhasil. Namun, melihat dari data-data yang terdapat dalam buku baptisan itu yang telah berusia ratusan tahun akan membuat kita penasaran akan kakek-nenek kita yang sejarahnya terlupakan. Data-data baptisan tersebut dapat menjadi acuan serta mempersempit penelitian kita hingga tercapainya suatu data yang akurat dan kredibel.
  5. Sejarah Poopo yang dituturkan dari mulut ke mulut. Penuturan dari orang-orang tua Poopo akan membuka cara berpikir kita tentang apa yang dipikirkan oleh dotu-dotu kita pada waktu itu. Sejarah Poopo yang disampaikan oleh orang (keturunan) Poopo itu sendiri akan menjadi pembuka tabir yang tidak mungkin diketahui oleh orang luar/penulis dari luar yang hanya mengandalkan literatur dan hipotesa umumyang walaupun dapat diperhitungkan, namun tidak sepenuhnya akurat serta belum tentu benar.
  6. Sejarah Minahasa pada umumnya. Poopo sebagai bagian integral dari bangsa Minahasa tentunya akan memerlukan sejarah Minahasa itu sendiri untuk diperbandingkan dan menjadi acuan utama dalam penyelidikan ini. Sehingga hasil dari penyelidikan sejarah Poopo akan menambah koleksi sejarah Minahasa pada umumnya. Sejarah Minahasa dapat kita gali dari penuturan orang yang mengerti akan sejarah Minahasa itu sendiri, serta menggali dari literatur sejarah Minahasa yang terbit pada masa Spanyol, Hindia-Belanda, maupun yang baru terbit pada beberapa puluh tahun belakangan ini.
  7. Perbandingan jumlah penduduk Poopo dan Minahasa pada umumnya. Perbandingan jumlah ini akan dapat membuka jalan lain dari upaya penyelidikan kita ini. Penyelidikan kita dapat periksa data penduduk Minahasa antara tahun 1679 (Kontrak Persahabatan Minahasa-Belanda 10 Januari 1679), 1852 (data dari ahli P. Bleeker yang mengunjungi Minahasa), 1873 (buku pelajaran sekolah zending karangan N. Graafland), 1895 (data dari pemerintah Belanda ataupun NZG), 1930 (Sensus Penduduk Hindia-Belanda), 1940 (Sensus Penduduk Hindia-Belanda). Untuk mencari laju pertambahan penduduk waktu itu.

Slagbom keluarga dari dotu-dotu kampung Poopo

Penyelidikan terhadap slagbom merupakan penyelidikan yang penting karena kita dapat lebih menyederhanakan tahun spesifik dari berdirinya tumani Poopo yang dilakukan oleh pasangan suami istri Menajang dan Reget bersama anak Sual.

Ditinjau dari jumlah perbandingan slagbom keluarga dotu-dotu kampung Poopo maka kita dapat memperkirakan tahun berdirinya Poopo.

Ada beberapa hal yang patut kita perhitungkan:

Dalam sebuah slagbom tete Bram Londa, dicatat bahwa anak dari Apo/Dotu Sual, yaitu Longkay Sual kawin dengan Kawulanan Rawis (anak Apo/Dotu Rawis) pada tahun 1770. Bila ia kawin tahun 1770, maka ia sekurang-kurangnya berumur 15 tahun atau rata-rata usia perkawinan 20-35 tahun. Jadi Dotu Sual waktu itu sekurang-kurangnya sudah berumur:
15 tahun + 15 tahun = 30 tahun
atau 20 + 20 tahun = 40 tahun
atau 25 + 25 tahun = 50 tahun
Jadi antara 30-50 tahun.

Bila kita ambil rata-rata maka kita mendapati bahwa Apo Sual berusia 40 tahun pada tahun 1770. Sedangkan pada waktu pendirian/pembukaan tumani Popoh oleh Menayang-Reget, sekurang-kurangnya ia telah berusia remaja atau telah beranjak pemuda 25 tahun.
Maka 1770 – 25 = 1745,

atau 1770 – 30 = 1740,
atau 1770 – 35 = 1735

1 Guru-guru SD GMIM I & II Poopo. Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973). Lihat juga silsilah dari T.A. (Bram) Londa.
2 Dialek Makela’i dituturkan di daerah Langowan, Tompaso’, dan sebagian Tompaso’ Baru. Sedangkan dialek Matana’i dituturkan di daerah Sonder, Kawangkoan, Tareran, Tumpaan, Tenga’, Amurang, Modoinding.
3 Lihat Bert Supit, Minahasa: Dari Amanat Watu Pinawetengan sampai Gelora Minawanua, (Jakarta, 1986).
4 Ibid. Lihat juga Taulu 1951:32-33, dan F.S. Watuseke, Sedjarah Minahasa (Manado, 1962), hlm 27.
5 Watuseke, Op. Cit. 30.
6 Ibid.
7 K.Y. Ering, Kamus Toumbulu-Indonesia (Tomohon, 2004), hlm. 61.
8 Drs. P.P. Kepel, Kamus Dwibahasa Tonsea-Indonesia (Manado, 2006), hlm. 288. Lihat lampiran …
9 nomina = kata benda, adjektiva = kata sifat (kata yang menjelaskan nomina), verba = kata kerja.
10 A. Kolinug, Kamus Ratahan-Indonesia dan Indonesia-Ratahan (Manado, 1990), hlm. 57. Lihat lampiran …
11 Wawancara Erenst Talumewo (Eng) tanggal 29 Desember 2006.
12 Abad ke-18 dihitung antara tahun 1700 sampai 1799.

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, walalu torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

Tokoh Wanita Minahasa

Naskah di bawah ini adalah tulisan rintisan untuk maksud penulisan buku dengan judul yang sama. Anda diperkenankan mengutip/menyalin tulisan ini dengan memperhatikan hak cipta, demi hormat dan kemuliaan Bangsa Minahasa.


Tokoh Wanita Minahasa

Bangsa Minahasa memiliki perempuan yang berprestasi. Ini dapat ditelusuri pada leluhur bangsa ini yang adalah wanita. Cikal bakal Minahasa ini bernama Lumimuut yang dipelihara oleh seorang perempuan tua bernama Karema. Lumimuut ini mengawini Toar, anaknya sendiri karena situasi Malesung saat itu yang tidak berpenghuni. Dari keturunan Toar-Lumimuut terbentuklah suatu bangsa yang bernama Malesung yang sekarang dikenal dengan Minahasa. Pada mulanya sistem kekerabatan di Malesung adalah menurut sistem matrilineal, yaitu keturunan yang berdasarkan atas garis keturunan perempuan. Pada perjalanan sejarahnya, sistem kekerabatan Malesung berubah menjadi sistem patrilieal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan atas garis keturunan pria seperti penggunaaan fam dewasa ini.

Dalam sejarah bangsa Minahasa, kaum perempuannya memiliki prestasi yang tidak bisa diabaikan. Beberapa kali wanita-wanitanya menjadi tonggak suatu sejarah. Pada masa legenda dahulu ada sejumlah wanitanya yang menjadi pahlawan seperti Lumimuut dan Karema sendiri, Pingkan Tiwow dari Buyungon, Pingkan Mogogunoi dari Tanawangko, Ratu Oki dari Tombatu, Woki Konda dari Pasan-Ratahan, dan lain sebagainya.


Pada era sekarang ini dapat kita catat prestasi sejumlah wanita Minahasa tersebut. Mereka adalah Wilhelmina Warokka (Mien) – seorang guru wanita pertama di Meisjesschool Tomohon, Ny. Maria Y. Walanda-Maramis – seorang pemerhati status sosial kaum wanita Minahasa, Wulankajes Rachel Wilhelmina Ratulangi (kakak Dr. Sam Ratulangi dan istri Mayoor A.H.D. Supit) – wanita Indonesia pertama yang merebut ijasah K.E. (Kleinambtenaar) tahun 1898, Wulan Ratulangi (kakak kedua Dr. Sam Ratulangi) – wanita Indonesia pertama yang berhasil memperoleh ijasah Hulpacte tahun 1912, Nona Marie Doodoh – orang Indonesia pertama yang lulus Europeesche Hoofdacte, Stientje Ticoalu-Adam – pembicara dalam Kongres Pemuda Indonesia tahun 1926 dan 1928, Johana Masdani-Tumbuan – pembaca teks Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda tahun 1928, Ny. S.K. Pandean – singa betina dari Minahasa, Dr. Marie Thomasdokter wanita pertama Indonesia lulusan STOVIA tahun 1922, Dr. Anna Warouw – dokter wanita ketiga Indonesia lulusan STOVIA tahun 1924, Dr. Dee M.A. Weydemuller – dokter wanita kedua Indonesia lulusan NIAS Surabaya 1924, Prof. Dr. Annie Abbas-Manoppo – sarjana hukum wanita pertama Indonesia lulusan HKS Batavia tahun 1934 juga guru besar wanita pertama Indonesia, Ny. A. M. Tine Waworoentoe (anak A.L. Waworuntu) – walikota wanita pertama Indonesia tahun 1950, Antonetee Waroh – anggota parelemen wanita pertama di Indonesia Timur, Dr. Agustina/Zus Ratulangi (anak Dr. Sam Ratulangi) – anggota parlemen wanita & termuda di Indonesia, Pdt. Tine Lumentut – dianggap sebagai wanita pertama di dunia yang memgang jabatan setingkat Uskup Agung dalam kapasitasnya sebagai Ketua Sinode GKST (setingkat Uskup Agung). Selain itu kita mengenal Marianne Katoppo, STh, sastrawan wanita Indonesia, Vonny Anneke Panambunan – wanita yang menjadi Bupati Minahasa Utara sejak tahun 2005, Linneke Sjenny Watoelangkow – wanita yang menjadi Wakil Walikota Tomohon sejak tahun 2005.


Wilhelmina Warokka (Mien)


Nama : Wilhelmina Jacomina Warokka
Nama populer : Mien
Lahir :
Meninggal :
Keluarga:
Ayah : Henrik Alanos Warokka

Ibu : Jacoba Tumangken
Suami : E.W.J. Waworuntu (Pius)

Saudara:

  • Kakak:

  1. Willem Henri Warokka
  2. Calasina Justina Warokka
  3. Adeleida Adriana Warokka
  4. Johanna Carolina Estevina Warokka
  5. Lambertus Alanos Warokka

Adik:

  1. Martha Adeleida Warokka
  2. Martje Warokka
  3. Alexander Frederik Daniel Warokka
  4. Maria Bokky Warokka
Anak : 8 anak

  • WAROKKA, Wilhelmina ‘Mien’WAWORUNTU-, Putri Kepala Distrik Kawangkoan Mayoor H.A. Warokka. Sekolah di Sekolah Nona (Meisjesschool) Tomohon, dan lulus 1886, langsung diangkat menjadi guru wanita pertama. Menikah usia 15 tahun dengan Exaverius Walewangko ‘Pius’ Waworuntu yang belakangan menjadi Kepala Distrik Sonder. Ibu 8 anak (2 putri menjadi guru, ada hukum kedua di Manado, dan seorang menjadi walikota Manado)


    guru wanita pertama di Meisjesschool Tomohon, dan memberinya 8 anak (2 putri menjadi guru, ada hukum kedua di Manado, dan seorang menjadi walikota Manado).

    Louwerier pada tanggal 1 November 1881 mensponsori pembukaan Meisjesschool (Sekolah Nona) di Kuranga. Sekolahnya berbahasa Belanda, dengan para murid merupakan anak-anak perempuan tokoh masyarakat dan pemerintahan. Lalu sebagai imbangannya didirikan HIS Jongenschool di Talete (untuk asrama dan rumah direktur) dan persekolahan di Paslaten disamping gereja besar.
    Sebagai kepala sekolah Meisjesschool adalah Gysbertha C. Krook dengan murid pertama 33 orang. Sekolah ini kelak digabung dengan Jongenschool menjadi Louwerierschool yang terkenal.

    Tomohon di masanya jadi pusat kegiatan Indische Kerk dengan adanya STOVIL dan Sekolah Nona, selain pusat kegiatan NZG yang masih mempertahankan Kweekschool voor onderwijzers en voorangers di Kuranga serta sekolah-sekolah lain.

    Disamping Wilken dan Louwerier, sejumlah zendeling yang banyak membantu usaha-usaha mengkristenkan penduduk Tomohon dan banyak menghasilkan tenaga-tenaga cendekia pertama, dalam jabatan mereka sebagai Direktur Kweekschool Kuranga, adalah H.C. Kruyt (1886-1889, yang kelak ke Batak), A. Hulstra (1889-1890), J.H. Riebenk Rooker (1890-1926), H. Berends ten Kate (1926-1927) dan Jan Mulder (1927-1930).

    Selain itu ada Pendeta H.J. Moens yang bertugas tahun 1895-1896, lalu Zendeling A. Limburg yang tahun 1893 jadi Kepala Jongenschool dan sejak 1895 selaku Kepala Meisjesschool.
    Untuk itu di tahun 1881, dibuka sekolah wanita Meissjeschool, atau sekolah Nona, di Kuranga, khusus untuk anak-anak wanita dari orang terkemuka, dipimpin kepala sekolah Gysbertha C. Krook.

    Awalnya sekolah ini memakai gedung Sekolah Guru ketika sempat ditutup, lalu dipindah ke Kaaten. Sekolah tersebut merupa-kan SD 6 tahun berbahasa Belanda, lengkap dengan asrama, sebagai imbangan dari Sekolah Raja (Hoofdenschool) yang dibentuk pemerintah Belanda di Tondano. Gijsberta Krook memimpin hingga meninggal dunia tahun 1886 dalam usia 36 tahun dan dikuburkan di Talete I. Kepala sekolah Meisjesschool terkenal lainnya sejak tahun 1895 adalah A. Limburg.

    Sekolah Nona yang terkenal di Kaaten.

    Hingga sebelum Perang Dunia ke-2, di Tomohon terdapat sebuah sekolah taman kanak-kanak (Frobel, kini TK ‘Sion’) di Paslaten, yang berdiri sejak bulan November 1935.

    Pelajar Sekolah Nona (Meissjesschool) bergerak jalan.

    Sementara untuk pengajaran rendah (Lager onderwjs), terdapat sekolah-sekolah dasar berbahasa Melayu. Seperti Volkschool, Inlands 2e kl. dan Vervolgschool. Sekolah Zending yang berbahasa Melayu, kebanyakan dibangun oleh NZG. Sekolah ini disediakan bagi anak-anak rakyat kebanyakan. Ada SD 3 tahun, 5 tahun dan 6 tahun. Seperti Sekolah berbahasa Melayu milik NZG yang terkenal dengan julukan Sekolah Undap (L. Undap) di Kamasi (kini kompleks asrama RSU Bethesda), dan lain-lainnya.
    Sekolah Rak-yat yang didirikan pemerintah Belanda di Tomohon, antara lain: Sekolah Kelas 2 (Tweede Inland-sche School) 5 tahun, milik Gubernemen Nomor 1 di Paslaten (II kini). Untuk Nomor 2-nya di SDN II Matani III kini. Sekolah Kelas I (Eerste Inlandsche Sch-ool) hanya terdapat di Manado.

    Pelajar Sekolah Nona tahun 1935.


    Ny. Maria Y. Walanda-Maramis


    Ny. Maria Y. Walanda-Maramis
    (1872-1924)
    Pahlawan Nasional Indonesia

    Nama : Maria Josephine Chatarine Maramis
    Nama populer : Ny. Maria Walanda-Maramis / Noni

    Lahir : Kema, 1 Desember 1872
    Meninggal : Maumbi, 22 April 1924
    Keluarga:

    Ayah : Bernardus Maramis

    Ibu : Sarah Rotinsulu

    Om : Esau Rotinsulu (Mayoor Tonsea)

    • Suami : Joseph Frederick Kalusung Walanda (menikah tahun 1891)

    • Anak :


      1. Wilhelmina Frederika Walanda
      2. Paul Alexander Walanda
      3. Anna Pawlona Walanda
      4. Albertina Pauline Walanda

    Pendidikan:

    Peranan-Peranan:

    - tanggal 8 Juli 1917 mendirikan PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya)


    Maria Walanda-Maramis dan suaminya pada peringatan hari pernikahan mereka.


    Maria Walanda-Maramis dilahirkan di Kema pada tanggal 1 Desember 1872 dari keluarga Maramis-Rotinsulu. Ia mempunyai dua orang kakak, masing-masing Altje Maramis dan Andries Maramis (ayah Mr. A.A. Maramis).

    Ketika baru berusia setahun, kedua orang tuanya meinggal dunia karena epidemi. Ia kemudian diambil oleh omnya yaitu T. Enoch Rotinsulu yang tinggal di Maumbi. Mereka mengasuh dan mendidik Noni seperti anak kandung mereka. Kemudian ia disekolahkan di SD Maumbi.

    Selama dalam asuhan keluarga Enoch Rotinsulu, Noni menunjukkan sifat-sifat sederhana, patuh, rajin dan cakap mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya seperti merawat rumah, memasak dan tugas lainnya sebagai wanita. Dalam tingkah lakunya sehari-hari sudah nampak sejak kecil kehalusan jiwanya, pengetahuan yang luas dan tinggi, berjiwa besar dan seorang wanita yang mempunyai cita-cita tinggi.

    Ibu Maria menikah di Maumbi dengan orang Tanggari bernama Joseph Frederick Kalusung Walanda tanggal 22 Oktober 1891. Setelah menikah Ibu Maria lebih dikenal dengan Ny. Maria Walanda-Maramis. Keduanya dikaruniai 4 orang anak, yaitu 3 orang putri dan seorang putra, masing-masing bernama Wilhelmina Frederika, Paul Alexander, Anna Pawlona dan Albertina Pauline.

    Dengan bantuan teman-temannya, Noni Walanda-Maramis mendirikan organisasi PIKAT, yaitu Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya, pada tanggal 8 Juli 1917 sebagai langkah pertama untuk mewujudkan cita-citanya.

    Melalui PIKAT, berdirilah Huis Houd School atau Sekolah Rumah Tangga PIKAT pada tahun 1918. Wanita yang diterima dalam sekolah ini adalah wanita-wanita pribumi (Minahasa, dll) baik dari golongan tinggi, menengah maupun rendah. Di sana diberikan pengetahuan tentang pengurusan rumah tangga, memasak, menjahit, etiket (sopan santun). Melalui lembaga pendidikan ini kedudukan kaum wanita pribumi Hindia-Belanda di Minahasa makin lama makin meningkat.

    Gubernur Jenderal Hindia Belanda:
    tahun 1909-1916 A.W.F. Idenburg (kiri), dan tahun 1916-1921 J.P. graaf Van Limburg Stirum (kanan).


    Maria Walanda-Maramis meinggal di Rumah Sakit Manado pada tanggal 22 April 1924 dan dikuburkan di Maumbi. Pada detik-detik terakhir mengakhiri hidupnya, Ibu Walanda-Maramis sempat berpesan kepada suami dan teman-temannya, “Tolong lanjutkan hidup anakku yang bungsu , yaitu PIKAT.” Suami dan teman-teman dekatnya yang begitu mengasihinya berjanji untuk memelihara dan melanjutkan PIKAT dan sekolahnya.

    Atas jasa-jasanya, melalui perjuangan BPP PIKAT dan pimpinan-pimpinan cabang di Manado, Kepala Inspeksi Sosial Sulut serta restu Gubernur Sulut H.V. Worang, Noni diusulkan kepada pemerintah untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Pemerintah RI dengan pertimbangan yang matang yaitu dengan memperhatikan perjuangannya yang tidak kenal pamrih dan tidak pernah padam demi kemajuan wanita dalam penindasan, menetapkan Maria Walanda-Maramis pada tanggal 20 Mei 1969 sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia (Pahlawan Nasional Indonesia), sejajar dengan pahlawan-pahlawan wanita lainnya di Indonesia.




    Stien Adam

    Nama :
    Nama populer :
    Lahir :
    Meninggal :

    Keluarga:

    • Ayah :

    • Ibu :

    • Suami : Ticoalu

    • Anak :

    Stien Adam – Sumpah Pemuda 1928

    ADAM, Mr. Sientje ‘Stien’ TICOALU-, Tokoh wanita. Aktivis pemuda Minahasa di tahun 1920-an. Menghadiri dan menjadi salah satu pimpinan Kongres Pemuda yang lahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.



    Johana Masdani-Tumbuan


    Johana Masdani-Tumbuan
    (1910-2006)


    Nama : Johana Tumbuan

    Nama populer : Johana Masdani-Tumbuan / Jo

    Lahir : Amurang, 29 November 1910

    Meninggal : Jakarta, 13 Mei 2006

    Keluarga:

    • Ayah :

    • Ibu :

    • Suami : Masdani

    • Anak :



    TokohIndonesia.com:

    Nama : Johanna Masdani Tumbuan
    Lahir : Amurang, Sulawesi Utara, 29 November 1910

    Meninggal : Jakarta, 13 Mei 2006
    Suami : Masdani

    Pendidikan:
    - Christelijke MULO di Jakarta
    - Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1961

    Aktivitas:
    - Jong Indonesia
    - Palang Merah Indonesia
    - Pembimbing Pandu Rakyat Indonesia
    - Pemuda Puteri Indonesia
    - Pelaku sejarah rapat Sumpah Pemuda
    - Saksi sejarah detik-detik proklamasi
    - Pelopor Pejuang Puteri dengan pangkat Letnan I non-NRP

    -

    Penghargaan,al:
    - Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
    - Bintang Gerilya
    - Satya Lencana Penegak
    - Bintang Mahaputra Utama 1998

    Alamat Keluarga:
    Jalan Menteng Raya 25, Jakarta Jakarta Pusat




    Johanna Masdani (1910-2006)
    Bangsa Indonesia yang Sebenarnya

    Saya menjadi bangsa Indonesia dalam arti kata yang sebenarnya,” kata Jos, panggilan akrab Johanna Masdani, saat ikut aktif dan terlibat dalam perkumpulan pemuda Indonesia di Gedung Indonesisch Clubhuis. Puteri bangsa kelahiran Amurang, Sulawesi Utara, 29 November 1910, ini berpulang Sabtu, 13 Mei 2006, dalam usianya yang 95 tahun. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka di Jalan Menteng Raya 25, Jakarta. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Senin (15/5).

    Gedung Indonesisch Clubhuis tersebut saat ini dikenal sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Sebagaimana ditulis dalam buku Apa dan Siapa 1985-1986, yang diterbitkan majalah TEMPO pada 1986, berawal di gedung itulah siswa Christelijke MULO di Jakarta itu memulai keterlibatannya pada pergerakan Indonesia.

    Di sana ia bertemu dengan tokoh-tokoh kala itu, seperti Moh Yamin, Dr Rusmali, Mr Asaat juga dengan Masdani—mahasiswa kedokteran Stovia—yang kemudian mempersuntingnya.

    Dari Masdani, yang wafat pada Oktober 1967, itu Jos banyak belajar tentang keberpihakan kepada rakyat dan Indonesia. Jos yang lahir pada 29 November 1910 di Amurang, Sulawesi Utara, dan berasal dari keluarga yang berada memutuskan menjadi guru di Perguruan Rakyat, Gang Kenari, Jakarta setelah semua bantuan dari orangtuanya diputus hanya karena ia memulai perjuangannya.

    Dalam buku Apa dan Siapa tersebut disebutkan, Jos pernah menjadi stenotypist pada Departemen van Financien sambil terus aktif dalam Jong Indonesia. Lulus dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1961, ia kemudian mengajar di almamaternya itu.

    Semasa pergerakan, ia aktif dalam Palang Merah Indonesia, menjadi pembimbing Pandu Rakyat Indonesia serta menjadi aktivis sosial Pemuda Puteri Indonesia. Ia dikenal juga sebagai salah satu pelaku sejarah rapat Sumpah Pemuda dan menjadi saksi sejarah detik-detik proklamasi. Ia pun menjadi Pelopor Pejuang Puteri dengan pangkat Letnan I non-NRP.

    Dari Menteri Pertahanan Keamanan Ali Sastroamidjojo, ia memperoleh Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia. Itu adalah satu dari delapan penghargaan yang diperolehnya dari Pemerintah Indonesia. Terakhir ia memperoleh Bintang Mahaputra Utama dari Presiden BJ Habibie tahun 1998. Semasa Soekarno, ia memperoleh Bintang Gerilya dan Satya Lencana Penegak dari Presiden Soeharto. (Kompas, 14 Mei 2006). ► e-ti/crs

    Wikipedia.org:

    Johanna Masdani (lahir 29 November 1910 di Amurang, Sulawesi Utara, meninggal 13 Mei 2006 di Jakarta), adalah seorang pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia. Ia dilahirkan dengan nama Johanna Tumbuan. Sebagai aktivis pemuda-pemudi menjelang kemerdekaan, Johanna banyak berjumpa dengan tokoh-tokoh lain, seperti Mohammad Yamin, Dr. Rusmali, Mr. Assaat, dll. Ia pun bertemu dengan Masdani, juga seorang tokoh pergerakan yang kemudian melamarnya untuk dijadikan istri. Masdani telah meninggal mendahuluinya pada Oktober 1967.

    Saksi sejarah

    Johanna termasuk di antara 71 pemuda yang hadir dalam Kongres Pemuda Kedua, Oktober 1928 dan turut serta mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berlangsung di sebuah gedung yang terletak di Jalan Kramat Raya no. 106 Jakarta Pusat.

    Selain itu, Jo -- demikian ia biasa dipanggil -- juga menjadi seorang saksi sejarah detik-detik Proklamasi Indonesia yang dilakukan oleh Bung Karno dan Bung Hatta ada 17 Agustus 1945. Ia juga ikut serta menyusun konsep pembangunan Tugu Proklamasi yang sederhana di depan rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur (kini Jl. Proklamasi) no. 56, Jakarta. Tugu ini kemudian dibongkar oleh Bung Karno, namun dibangun kembali pada tahun 1980-an.

    Perjuangan

    Jo juga pernah menjadi guru di Perguruan Rakyat di Gang Kenari, Jakarta, saat bantuan dari orangtuanya di kampung halaman terhenti. Ia juga aktif dalam Palang Merah Indonesia, menjadi pembimbing Pandu Rakyat Indonesia, serta menjadi aktivis sosial Pemuda Puteri Indonesia.

    Dalam catatannya pada tahun 1945 hingga 1949, Jo pernah menulis, “Roda revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa wanita. Demi kemerdekaan sampai titik darah penghabisan Merdeka atau Mati, tanpa pamrih membela bangsa dan negara tanah air Indonesia tercinta.”

    Di alam kemerdekaan, Jo menjadi mahasiswa psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Setelah lulus dari alma maternya, Jo mengabdikan diri sebagai dosen psikiatri sejak 1961. Pada tahun 1970-an, ia sempat pula mengambil pendidikan lanjutan di Amerika Serikat dan Inggris.

    Penghargaan

    Hampir sama seperti suaminya, Jo banyak mendapat penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia. Pada 1953 ia memperoleh medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia dari Menteri Pertahanan Keamanan Ali Sastroamidjojo. Pada 1958 ia mendapat Bintang Satya Gerilya dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1967 semasa Presiden Soeharto, ia mendapat Bintang Satya Lencana Penegak. Ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama pada tahun 1998 dari Presiden B.J. Habibie. Secara keseluruhan, Jo mendapat delapan bintang dari Pemerintah RI.

    Jo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada 15 Mei 2006.

    ===================================================================
    "Tabea Waya!
    Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
    Minahasa adalah bangsa yang basar!
    Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
    Pakatuan wo pakalawiren!
    Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, walalu torang bapencar torang tetap satu!
    I Yayat U Santi!"
    ===================================================================