Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Kamis, 06 Agustus 2009

Galeri Foto Minahasa: Peringatan 200 Tahun Perang (Minahasa di) Tondano 5 Agustus 1809-2009

Pasukan Borgo & pemuda Alifuru Tondano saat perang Tondano 1809 (berdasarkan sketsa 1823) serta foto Peringatan tahun 1962.

Peringatan Perang Tondano 1809-1962 dengan pendirian Tugu Peringatan di lokasi ex Benteng Moraya tanggal 5 Agustus 1962.

Gereja GMIM Sentrum Tondano masa kini
(5 Agustus 2009).

Lapangan Dr. Sam Ratulangi dengan latar belakang Gereja GMIM Sentrum Tondano masa kini (5 Agustus 2009).

Tugu Dr. Sam Ratulangi di depan kantor bupati Minahasa (5 Agustus 2009).

Waruga di depan kantor bupati Minahasa (5 Agustus 2009).

Peta Minawanua Tondano dan Benteng Moraya tahun 1809 saat Perang Tondano.

Berfoto sejenak di tugu Korengkeng-Sarapung, dua tokoh Perang Tondano, sebelum menuju Minawanua (5 Agustus 2009).

Perjalanan ke Minawanua disuguhi pemandangan: enceng gondok dan peternakan bebek (5 Agustus 2009).

Kuala Temberan - Tondano koni dengan om yang mancari ikang dengan perahu bolotu
(5 Agustus 2009).

Pesisir kuala Temberan di samping timur Minawanua
(5 Agustus 2009).

Om Welly Walalangi (64 tahun) menunjukkan dua buah waruga Minawanua yang rusak dibongkar vandalis. "Ada sekitar 96 waruga yang ada di sini. Sebelum tahun 2000 ada beberapa yang da bawa ka Kompleks Waruga Airmadidi."
(5 Agustus 2009).

Waruga ini (5 Agustus 2009).

Waruga itu.
Waruga ketiga ini ada tulisan
(5 Agustus 2009).

Bode Talumewo berdiri di atas bekas fondasi tiang rumah Minawanua
(5 Agustus 2009).

Bode Talumewo berdiri di atas bekas fondasi tiang rumah Minawanua
(5 Agustus 2009).

Bode Talumewo berdiri di atas bekas fondasi tiang rumah Minawanua
(5 Agustus 2009).

Om Welly Walalangi (64 tahun) menunjukkan situs Minawanua di belakang rumahnya, melewati rawa enceng gondok. Sempat da tapalisi di sini kong maso got rawa (5 Agustus 2009).
Om Welly Walalangi (64 tahun): "...depe basar tu fondasi tiang sama deng ini.... (sebesar pelukan dua orang dewasa)."
Ada 6 tiang fondasi jarak 3 meter masing-masingnya, memanjang dari utara ke selatan.



Rapat panitia Peringatan 200 Tahun Perang Tondano (Perang Minahasa di Tondano) 4-5 Agustus 1809-2009.
di ex Hotel Roong - Tondano. Ketua panitia Laksamana Muda Willem Rampangilei - Dan Lantamal VIII Bitung.

Koleksi www.bode-talumewo.blogspot.com
===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

3 komentar:

  1. salut dgn kepedulian n dedikasi brother Bode buat Minahasa..
    GBU
    alva

    BalasHapus
  2. Minahasa Butuh orang2 seperti kamu untuk memperhatikan situs, Cagar Budaya Maupun Tempat2 bersejarah, cuma ada satu Masukan agar ketika ada pembangunan di Bekas Benteng Moraya, tolong lubang2 yg berada di air jangan di tutup atau di buang sisa2 kotoran atau sampah, Karena sisa sejarah keluarga kami yg belum sempat kami temukan yaitu ada pintu air menuju ke Pusaka keturunan kami. kami sangat mengharapkan peran pemerintah untuk dapat memperhatikan dan bisa membersihkan cagar budaya tersebut.

    BalasHapus
  3. Kita punya papa generasi keturunan ke 11 yang terakhir pemegang kunci Pintu masuk dalam Air dekat Benteng Moraya,saya mengharapkan Peran serta pemerintah untuk bisa membersihkan tempat tersebut dan membuat jalan masuk sehingga bekas benteng tersebut bisa di Buat Tempat Wisata. semoga bisa terwujud. trima kasih.

    BalasHapus