Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Jumat, 17 Juli 2020

Kota Manado, Bendar Manado, Fort Amsterdam

Kota Manado pada masa lampau hanya sebatas bagian dalam Benteng Amsterdam ("Fort Amsterdam") Manado. Inilah yang disebut "Bendar Manado". Bekas benteng ini terletak di antara tempat yang sekarang ini berdiri Swalayan Jumbo dan Taman Kesatuan Bangsa (TKB).

Benteng ini mulanya dibuat sekira tahun 1608 oleh Kompeni VOC Belanda di pinggir muara Kuala Tondano. Sudah itu dibangun benteng kayu sekira tahun 1650an. Tahun 1660-1670an benteng kayu itu diganti menjadi benteng beton di tempat yang kemudian bertahan hingga tahun 1944 masa Perang Dunia II.


NB: 'bendar' adalah istilah bahasa Melayu untuk 'kota' (city), 'kota pelabuhan' (fort), 'bandar pelabuhan' (port), 'bandar' (port).

3 komentar: