Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Rabu, 04 Februari 2009

Galeri Foto Minahasa: Pemberontakan di Atas Kapal Zeven Provincien 1933

Pada tanggal 4 Februari 1933, sebuah pemberontakan dilancarkan para kelasi inlander (pribumi) di atas kapal perang tercanggih di Hindia Belanda saat itu, HMS Zeven Provincien. Tersebutlah beberapa kawanua inahasa yang melancarkan pemberontakan itu: Ch. Kawilarang, Gosal, Rumambi, dll. Pemberontakan berakhir tanggal 9 Januari setelah dilumpuhkan sebuah bom dari pesawat tempur, pukul 9.18 pagi.

"Paradja dan Gosal gugur seketika, Rumambi dalam keadaan sekarat masih berusaha menembakkan pistolnya dengan tenaga terakhirnya, tetapi tak berhasil... lalu menghembuskan napasnya yang penghabisan. Bahkan sampai mati juga diskriminasi rasial dilaksanakan. Pelaut Indonesia yang gugur dimakamkan tanpa upacara di pulau kecil Kerkhof dekat Pulau Onrust (Pulau Kapal), pelaut Belanda di Purmerend (Pulau Bidadari), semuanya di Teluk Jakarta."
H.M.S. Zeven Provincien.

Klik di foto for mo dapa depe ukuran basar, ato:
Klik kanan di foto kong pilih sub-menu "Save Target As" ato "Save Link As" ato "Save Linked Content As"

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

1 komentar:

  1. tetangga sy di surabaya bpk. LAMASANG dulu ex ABK ZEVEN PROVINCIEN yg ikut berontak...malah itu meriam besar di buritan skrng ada di museum kodikal bumi moro

    BalasHapus