Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Jumat, 18 September 2015

Ekspedisi ke Benteng Moraya Minawanua Tondano, 7 September 2015

Ekspedisi ke Benteng Moraya Minawanua Tondano 7 September 2015

Hari Minggu sore tanggal 7 September 2015 kami mengadakan ekspedisi kultural di kompleks Monumen Benteng Moraya deng Minawanua - ex kampung tua Tondano.

Lia tu batang2 kayu sisa2 fondasi dari rumah2 kebakaran bumi-hangus ex Perang Tondano 4-5 Agustus
1809. Batang2 kayu besar ini digali oleh eskavator untuk pembuatan lahan parkir Monumen Benteng Moraya (ex perkampungan walak Tondano-Touliang). Ada 3 waruga yg dihancurkan eskavator, salah satunya mungkin milik Kepala Kampung/Hukum Tua di Tondano-Touliang.
Klar itu ka kompleks Minawanua (ex perkampungan walak Tondano-Toulimambot). Di kompleks waruga2 yg berjumlah sekitar 20an. Ada waruga besar milik teterusan ato kepala walak. Lanjut ke lokasi 5 waruga di tempat yg mungkin menjadi pusat Minawanua karena di situ ada batu Panimbe (tumotowa). Di sini ada waruga Kepala Walak Rompas bertahun 1790an(?) dan mungkin waruga milik Kepala Walak Korengkeng. Di sekitar itu juga ada waruga milik seorang Kepala Walak atau teterusan.

Terus ke kubur Matulandi - Kepala Walak Tondano enteru (1810-1812) dan istrinya Tuminau serta kubur Boeng Dirk Ratumbuijsang - Kepala Walak Tondano-Touliang yang mendirikan Loji Tondano sekitar tahun 1845-1850.

Perjalanan saya ini bersama Arfin Tompodung, Andrey Tandiapa, dan Rain Sumanti.

Perang Tondano tahun 1807-1809 adalah perang Minahasa terakbar yang terjadi di tanah Minahasa yang kisah heroiknya hanya bisadibanding dengan kisah Perang Pergolakan Permesta tahun 1958-1961. Perang total ini terjadi sejak tahun 1807 dan berakhir tahun 1809 ketika kolonial Belanda menaklukkan Benteng Moray di sebelah barat kompleks Minawanua dengan membakar seluruh perkampungan lama orang Tondano di atas air pada malam antara tanggal 4 dan 5 Agustus 1809. Selurh rumah besar orang Tondano pada saat itu rata dengan tanah. Penggalian pada minggu ketiga da keempat bulan Agustus 2015 oleh eskavator proyek pembangunan Monumen Benteng Moraya berhasil menggali kayu sisa-sisa fondasi rumah yang telah terkubur lebih dari 206 tahun yang lalu tersebut.


Siteplan proyek pembangunan kompleks Monumen Benteng Moraya, di Minawanua Tondano tahun 2015.

Jalan masuk ke kawasan Monumen Benteng Moraya - Minawanua Tondano-Touliang ditutup
sesudah penemuan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano
pasca Perang Tondano-Belanda tahun 1809.

Jalan masuk ke kompleks Monumen Benteng Moraya yang telah ditutup untuk umum.

Kumpulan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano-Touliang
pasca Perang Tondano-Belanda tahun 1809.

Kumpulan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano-Touliang pasca Perang Tondano-Belanda tahun 1809.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Touliang pasca Perang Tondano-Belanda tahun 1809.

Kumpulan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano-Touliang pasca Perang Tondano-Belanda tahun 1809.

Kumpulan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano-Touliang.

Benar apa kata referensi dari tulisan Belanda bahwa kayu tiang fondasi ini
besarnya dua kali pelukan orang dewasa.

Kumpulan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano-Touliang.

Kumpulan kayu fondasi rumah ex perumahan Minawanua Tondano-Touliang.


Jalan masuk ke kompleks Monumen Benteng Moraya yang telah ditutup untuk umum.

Pembakaran lahan di Kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga di kompleks Minawanua Tondano-Toulimambot.
Perkiraan saya bahwa waruga ini milik seorang Kepla Walak Tondano-Toulimambot.

Perahu bolotu di temberan parit antara Minawanua Tondano-Toulimambot di timur
dan Minawanua Tondano-Touliang (Benteng Moraya) di sebelah barat.

Kalo di Paso Kakas ada Situs Kerang Paso, maka di Minawanua Tondano
ada Situs Kerang Minawanua Tondano :D

Waruga-waruga berserakan yang berukuran besar yang patut diduga sebagai
waruga dari para Kepala Walak Tondano Toulimambot.

Waruga-waruga berserakan yang berukuran besar yang patut diduga sebagai
waruga dari para Kepala Walak Tondano Toulimambot.

Kompleks Minawanua Tondano Toulimambot.

Waruga-waruga berserakan yang berukuran besar yang patut diduga sebagai
waruga dari para Kepala Walak Tondano Toulimambot.
Terletak di tengah-tengah Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga-waruga berserakan yang berukuran besar yang patut diduga sebagai
waruga dari para Kepala Walak Tondano Toulimambot.
Terletak di tengah-tengah Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga dan Watu Panimbe (batu tumotowa/sumanti Tondano) yang terletak
di tengah-tengah Minawanua Tondano-Toulimambot.

Waruga dan Watu Panimbe (batu tumotowa/sumanti Tondano) yang terletak
di tengah-tengah Minawanua Tondano-Toulimambot.

Tutup waruga yang diperkirakan milik dari Kepala Walak Tondano Korengkeng.
Waruga Opo Korengkeng.
Menurut J.J. Pangemanan dalam bukunya 'Putri Mahkota', waruga inj adalah milik Opo Korengkeng.
Namun, menurut alm. Girot Wuntu dalam bukunya 'Perang Tondano', mentebut waruga Korengkeng dibongkar pemerintah kolonial Belanda saat pelebaran jalan-jalan Tondano.
Opo Korengkeng, asal usul fam Korengkeng, adalah Kepala Walak di Tondano, hidup pada masa Perang Tondano tahun 1807-1809.

Keluar dari Minawanua Tondano.





Perkunjungan saya kedua kali (sebelumnya bulan Februari 2011) ke
kubur Kepala Walak Matulandi (Kepala Walak Tondano enteru tahun 1810-1812)
dan istrinya Tuminau di pekuburan Tondano.

Perkunjungan saya kedua kali (sebelumnya bulan Februari 2011) ke
kubur Kepala Walak Matulandi (Kepala Walak Tondano enteru tahun 1810-1812)
dan istrinya Tuminau di pekuburan Tondano.

2 komentar:

  1. besok sudah datang Idul Adha yang kita tunggu ya gan?? Semoga anda yang beragama islam menjalankan Puasa Arafah hari ini, keep posting, thanks. Salam.

    BalasHapus
  2. pagi, kawan... Nice post nich, keep posting ya?? Saya mau blog walking lagi.. hehe

    BalasHapus