Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Kamis, 06 November 2008

Puisi Minahasa: BUKAN MAUKU - M.R. Dajoh

BUKAN MAUKU

Penerangan ? Pudjangga ? Siapa ? Aku ?
Bukan ! Bukan ! Bukan mauku.
Lepaskan, loloskan daku, djiwaku,
Terlampau tertimpa, tertekan, terganggu
Singgungan hidup menjajat hatiku !
Bukan pengarang, bukan pudjangga !
Segan kubuka ta'bir nasibku,
Betapa kusajang mereka jang korban,
Jang kuserahkan gaja - bantu - ku
Tapi betapa pedasnja pedihnja,
Si-salah-paham menusuk kalbuku.
Segala usaha, segala petundjuk,
Mengapa ditjambuk, dihantjur ?
Mengapa dilontar ditjemar namaku ?
Mengapa diindjak sekedjam sajangku ?
Bukan pengarang, bukan pudjangga !
Kubentji, kutjatjih hati merahku !
Lalu kuedjek bodohku menjajang,
Menjajang mereka pelontar hatiku.
Tidak kuminta budi-balasmu
Hai korban, hai penjalah-paham !
Tidak kuminta kasihmu padaku
Hanja kuminta: "Hormati dirimu !"
Pengarang bukan, pudjangga bukan !
Kubentji usaha rasa - kasihku .....................
Hantjur hendaknja segala mesraku.
Biarlah kedjam runtuhnja sajangku.
Tuhan, bukanlah aku pudjangga
Dan djika ada setitik bakatku,
Kudera, kutjambuk kutjabut benihnja.
Njah, njahlah hai bakat penjiksa !
Pudjangga ? Njah, hai nasib sekedjam !
Njah, hai pemesra jang bodoh !
Jang sering membajar korban tjintaku.
Punah mesrahku, hantjur sajangku !
Luka hatiku, remuk gajaku !
Darah berlumur, mentjemar hatiku.
Tumpah dan tumpas tjita-tjitaku,
Njah, njahlah segala baktiku !
Hendak kemana kubawa tjintaku ?
Hendak kemana kudorong baktiku ?
Porak peranda djantung usaha
Hantjur dan hangus tulang kasihku.

M.R. DAJOH
Budaja No. 16 Th. I Juni 1947.




M.R. Dajoh dan Presiden Soekarno



Sumber: Deburan Beragam Djiwa oleh HM Taulu, Jajasan Membangun, Tomohon, 1954. hlm. 14

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar! Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

1 komentar:

  1. Terima kasih atas publikasi n informasi tentang MR Dajoh. Rencanya saya akan hibahkan karya n peninggalan Papi ke M juang 45.

    BalasHapus