Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Rabu, 17 Desember 2008

Galeri Foto: Para Wanita Minahasa Berbakat

Wilhelmina "Mien" Warokka
Wanita Minahasa pertama yang jadi guru pada Meisjesschool (Sekolah Nona) di Tomohon.

Stien Adam
Pemakalah dalam Kongres Pemuda Indonesia Pertama 1926.

Johanna Masdani-Tumbuan
Pembaca naskah Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928


Wilhelmina B. "Nona" Watuseke-Politton
Pendiri Universitas Pinaesaan (lalu menjadi Unsrat tahun 1958)

Wulankajes Maria Supit-Ratulangi
Wanita Indonesia pertama yang mendapat gelar
hoofdacte (guru kepala/Kepala Sekolah)

Dr. Marie E. Thomas
Wanita Indonesia pertama yang menjadi dokter

Dr. Anna Warouw
Wanita Indonesia kedua yang menjadi dokter

Prof. Mr. Annie Abas-Manopo
Wanita Indonesia pertama yang mendapat gelar Meester (Sarjana Hukum)
dan Rektor Wanita Pertama Indonesia.Dr. Ny. Augustine Magdalena Waworuntu
(Tine Waworuntu)
Walikota Wanita pertama Indonesia


===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

7 komentar:

  1. Koreksi! Pembaca Naskah SUMPAH PEMUDA adalah NONA PANDEAN, Ibunda dari Ibu Meity Pandean (yang kini berdiam di Paniki, jalan ke Bandara Manado)

    BalasHapus
  2. Salah tante Lani: Yang benas Nona Pandean membaca naskah Sumpah Pemuda di Manado. Beberapa hari setelah Kongres Pemuda II berakhir.
    Kalo Johanna Masdani-Tumbuan adalah Pembaca naskah Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928, setelah konsep sumpah Pemuda itu dirumuskan kongres.

    BalasHapus
  3. Apakah sudah ada wanita Minahasa yang aktif di bidang pendidikan sebelum Kartini (tokoh nasional Indonesia) dan pada tahun berapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wilhelmina "Mien" Warokka, adalah guru pertama di Meisjesschool yg berdiri tahun 1881. Umur RA Kartini baru 2 tahun. Itu sejarahnya.

      Hapus
  4. thx bode, ternyata qt pe oma johanna masdani tumbuan salah satu perintis kemerdekaan.. mantappp...

    btw, kong Maria Walanda Maramis dang nda tertulis di halaman ini... soalnya torang pe oma tua pe ade ini, soalnya masih basudara di rotinsulu di maumbi, minut (skrg kec.kalawat)... depe monumen pas bakumuka lorong... hehehehe...

    BalasHapus
  5. Jeanne mandagi jenderal polisi wanita pertama

    BalasHapus