Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Senin, 26 April 2010

Galeri Foto Minahasa: Watu im Pinawetengan 1888 & J.Alb.T. Schwarz

Watu Pinawetengan tahun 1888 dikunjungi para insiator penggalian kembalinya.
Ds. Johann Albert Traugott Schwarz (Oud-Hulppredikker / bekas Penolong Injil di Sonder): ".. di mana pada bagian pinggir sebelah Barat saya sendiri berfoto (memakai topi) di samping paendo-tua (tonaas/walian) negeri Kanonang - Joel Lumenta (berbaju putih tanpa topi) muka mengarah ke timur..."
(dikutip dari Watu Rerumeran ne Empung tahun 1896, dalam Tijdschrift Biblegenotschap no. 40).
Waktu tahun 1888 itu ukurannya adalah: panjang 1,5 meter, lebar 1 meter, tinggi 2 meter.


NB: Klik pada gambar/foto utk mendapatkan ukuran yang agak besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar