Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Kamis, 06 November 2008

NOSTALGIA MENTERI ASAL MINAHASA

Naskah di bawah ini adalah tulisan rintisan untuk maksud penulisan buku dengan judul yang sama.
Anda diperkenankan mengutip/menyalin tulisan ini dengan memperhatikan hak cipta, demi hormat dan kemuliaan Bangsa Minahasa.




NOSTALGIA MENTERI ASAL MINAHASA

Oleh
Bodewyn Grey Talumewo


Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno sebagai Presiden RI banyak orang Minahasa yang menjadi menteri. Hampir di seluruh kabinet yang gonta-ganti personil itu ada orang Minahasa. Rata-rata setiap kabinet ada dua orang Minahasa. Itu dulu, masa Orde Lama. Nah, dulu banyak orang Minahasa yang menjadi menteri, kenapa sekarang? Apakah orang Minahasa kalah kualitasnya dengan sukubangsa Indonesia yang lainnya? Apakah orang Minahasa sengaja digasak dan digusur dari kepemimpinan Indonesia? Mungkinkah karena masa lalu yang kotor – antek-antek Belanda? Ataukah ada alasan lainnya? Anggap saja tidak ada alasan lainnya itu.

Setiap menjelang penyusunan kabinet yang baru, pasti akan beredar bisik-bisik (baca: harapan) di kalangan Kawanua (Tou Minahasa) bahwa si A atau si Jenderal B pasti akan duduk dalam jajaran kabinet menteri yang akan segera diumumkan. Namun, waktu senantiasa berlalu. Harapan orang Minahasa yang menjadi kenyataan gigi jare. Hal ini dialami selama masa Orde Baru. Pernah ada seseorang Minahasa yang “mujur” menjadi menteri, Drs. Theo L. Sambuaga. Ya, hanya dia.

Selama 31 tahun kepemimpinan Soeharto dengan Orde Baru-nya (1966-1997), tak satu pun orang Minahasa yang menjadi menteri. Padahal, hanya dalam 21 tahun pertama RI (1945-1966), 10 orang Minahasa yang menjabat sebagai menteri. Belum lagi 8 menteri dalam kabinet Negara indonesia Timur. Ketika Prof BJ Habibie menjadi Menristek ada ungkapan, “torang so kalah dari dorang orang Gorontalo.” Sungguh tragis!

Setelah Theo Sambuaga, tidak ada satu pun orang Minahasa yang ikut dalam kabinet pimpinan Presiden Gus Dur, Megawati dan SBY. Satu hal yang memalukan bagi orang Minahasa pada awal pemerintahan Megawati adalah dengan dicopotnya Letjen Arie Kumaat sebagai Kepala Badan Intelejen Nasional dan digantikan orang lain. Yang menjadi masalah saat jabatan Kepala BIN itu dimasukkan dalam struktur kabinet. Jadi yang torang dengar bukan menteri asal Minahasa yang diangkat, melainkan orang Minahasa yang dicopot, lalu jabatan itu dimasukkan dalam struktur kabinet. Cuma ada “obat” ketika Laksamana Bernard Kent Sondakh diangkat menjadi Kepala Staf TNI-AL.

Kasus kabinet Soesilo Bambang Yudhoyono lain lagi. Pada waktu kampanye Pemilu & Pemilihan Presiden di Manado, ia berjanji terhadap orang Manado bahwa Sekjen DPP Partai Demokrat Letjen E.E. Mangindaan akan dijadikan menteri bila ia terpilih menjadi presiden nanti. Alhasil pada saat hari pemilihan, partai yang baru berdiri ini termasuk dalam empat besar pemenang Pemilu dan menang Pilpres di Sulut. Namun janji yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang. Mereka pun gigi jare.

Ada cerita lain selama Orde Baru. Karena tidak ada satu pun orang Minahasa yang menjadi menteri maka semua menteri yang ada hubungan dengan Minahasa pun dibanggabanggakan. Misalnya, Menpora Hayono Isman, “depe mama kan orang Remboken, Els Wowor.” AtauMenkeu Radius Prawiro, “depe maitua kan Leonny Supit”. Atau Oetojo Oesman SH, Menteri Kehakiman. Menteri KLH Ir Sarwono Kusumaatmadja, “depe maitua kan Nini Maramis, Duta Besar Maramis pe anak.” Juga Agung Laksono, “depe maitua kan Amelia Wenas.” Lihat juga Menaker Laksamana Purn. Sudomo, “depe maitua kan Sisca Piay.” Bahkan isu bahwa Sudomo itu orang Tompaso dari fam Rawis. Try Sutrisno pun kena imbasnya. Isu menyebutkan ia asal Kanonang Kawangkoan dari anak luar dokter Sam Supit dengan pembantunya.

Pada masa Orde Reformasi ada Laksamana Sukardi, suami dari Ritha Wullur. Pada masa pemerintahan Orde Lama pimpinan Soekarno ada juga menteri yang beristrikan Tou Minahasa. Mereka adalah “bengawan ekonomi” Prof. Dr. Soemitro Djoyohadikusumo yaitu suami Dora Sigar dan ayah dari Letjen Prabowo Subianto, serta Menteri Prof. Mr. R. Soenario, yaitu suami dari Dina Maranta Pantouw.

Sapa so tu Tou Minahasa yang pernah menjadi menteri? Dorang itu adalah Mr. A.A. Maramis, Ir. Herling Laoh, dengan kakaknya Frits Laoh, Mr. Arnold Mononutu, Nyong Umbas, Gustaaf A. Maengkom, Ir. Fred J. Inkiriwang, Ds. Wim J. Rumambi, Drs. Jan D. Massie, Hans A. Pandelaki, Drs. Theo L. Sambuaga, Hayono Isman.

Dari 38 Kabinet yang pernah ada di NKRI ini, Mr. A.A. Maramis membuka kartu Tou Minahasa, yaitu pada saat Indonesia diproklamirkan. Ia menjadi Menteri Keuangan RI sebanyak empat kali dan sekali menjadi Menteri Luar Negeri saat pembentukan Kabinet Darurat PDRI pimpinan Mr Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera.

Ir. Herling Laoh menjadi Menteri Pekerjaan Umum sebanyak enam kali tahun 1946-1950. Bahkan pada Kabinet Hatta II, sahabat Soekarno ini menjabat dua jabatan menteri sekaligus yaitu merangkap Menteri Perhubungan. Arnold Mononutu menjadi Menteri Penerangan sebanyak tiga kali antara tahun 1949-1953. Ada juga kakak kandung Ir. Laoh yaitu Frits H. Laoh. Ahli ekonomi ini menjadi Menteri Perhubungan tahun 1955. Ada juga Frans Ferdinand Umbas. Nyong Umbas, begitulah biasa ia disapa, pernah menjadi Menteri muda Perekonomian pada tahun 1956-1957 mewakili Parkindo.

Gustaaf A. Maengkom menjadi Menteri Kehakiman pada masa Pergolakan Permesta dalam Kabinet Karya atau yang dikenal dengan Kabinet Djuanda. Dalam kabinet itu ada juga orang Minahasa lainnya yang diangkat sebagai Menteri Perindustrian, yaitu Ir. F.J. Inkiriwang.

Ds W.J. Rumambi menjadi Menteri Penghubung Antar Lembaga Tinggi Negara yaitu MPR, DPR, DPA, Dewan Perancang Nasional, Front Nasional sebanyak lima kalisejak tahun 1960. Ia adalah satu-satunya pendeta yang pernah menjadi menteri. Bahkan ia menutup kariernya di jajaran menteri sebagai Menteri Penerangan tahun 1966.

Ada juga Drs. Jan D. Massie sebagai Menteri Urusan Penertiban Bank dan Modal Swasta sebanyak dua kali tahun 1963-1966. Dalam Kabinet Seratus Menteri (Kabinet Dwikora) tahun 1966, ia juga menjadi Asisten Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi, yaitu pejabat yang berkedudukan sebagai menteri.

Ada juga pejabat yang berkedudukan sebagai menteri yaitu Hans A. Pandelaki, yang menjadi anggota BPK (Pemerikasa Keuangan Angung Muda) dalam Kabinet Seratus Menteri tahun 1964-1966. Terakhir menjadi Deputi Menteri Keuangan Urusan Anggaran, atau yang biasa disebut “Menteri Keuangan Urusan Moneter.”

Masa Orde Baru ditutup dengan Theo Sambuaga sebagai Menteri Tenaga Kerja tahun 1997 sampai jatuhnya Presiden Soeharto bulan Mei 1998. Kemudian ia sempat diangkat sebagai Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Rakyat tahun 1998-1999.

Sebenarnya ada menteri keturunan Minahasa yaitu Menteri Pemuda dan Olah Raga Hayono Isman. “Mar so ilang fam,” kata orang.

Selama masa Negara Indonesia Timur yang walau efektifnya hanya 3 tahun lebih, ada tujuh Tou Minahasa pernah menjadi menteri di daerah “Timur Besar” ini. Mereka adalah Prof. Dr. S.J. Warouw, E. Katoppo, Ir. F.J. Inkiriwang, Ir. E.D. Dengah, G.R. Pantouw, Drh W.J. Ratulangi, Henk Rondonuwu.

Prof Dr. S.J. Warouw sendiri menjadi Menteri Kesehatan NIT pertama sampai keempat. Malah pada periode ketiga ia menjadi Perdana Menteri NIT. Guru E. Katoppo, ayah sastrawan Marianne Katoppo dan wartawan Aristides Katoppo ini menjadi Menteri Pendidikan sampai empat kali berturut semenjak kabinet pertama NIT. Ir E.D. Dengah (Mais) menjadi Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum. G.Rudolf Pantouw (Udo’) menjadi Menteri Penerangan NIT pertama dan Menteri Sosial pada Kabinet NIT kedua. Menteri Sosial NIT sejak Desember 1947 adalah Mr. S.S. Pelengkahu. Drh. Willem J. Ratulangi pun menjadi Menteri Penerangan NIT keenam. Henk Rondonuwu menjadi Menteri Penerangan NIT terakhir tahun 1950. Terakhir Ir. F.J. Inkiriwang menjadi Menteri Pendidikan merangkap Menteri Kesehatan NIT pada Kabinet Likuidasi NIT tahun 1950, yaitu masa transisi menuju NKRI. Kariernya sebagai menteri dipegangnya kembali tahun 1957 dalam kabinet RI.

Daftar Bacaan:
1. Katoppo, Aristides, dkk, Ds. W.J. Rumambi – Setelah Fajar Merekah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1994
2. Majalah Cakrawala No. 3 Tahun I Desember 1997
3. Nalenan, R., Arnold Mononutu – Potret Seorang Patriot, Pustaka Jaya, Jakarta 1982
4. PB POR Maesa, Maesa – Sejarah 80 Tahun POR Maesa, Jakarta 2004
5. Talumewo, Bodewyn, Personalia Kawanua (Tou Minahasa) dalam Kabinet Negara RI 1945-2010, brosur, Tomohon 2006


Lampiran:
Tou Minahasa (Kawanua) yang pernah menjadi menteri dalam kabinet RI:
  1. Mr. Alex Andries Maramis (Tondano)
  2. Ir. Herling Laoh (Sonder)
  3. Frits Laoh (Sonder)
  4. Mr. Arnold I.Z. Mononutu (Tonsea/Minut)
  5. Frans F. (Nyong) Umbas (Kawangkoan)
  6. Gustaaf A. (Utu’) Maengkom (Tondano)
  7. Ir. Fred J. Inkiriwang (Kakas)
  8. Ds. W.J. (Wim) Rumambi (Kakas – Tondano)
  9. Drs. J.D. Massie (Langowan)
  10. H.A. Pandelaki (Tomohon)
  11. Drs. Theo Leo Sambuaga
  12. Jenderal TNI. Try Soetrisno (Tompaso – Kawangkoan)
  13. Hayono Isman (Remboken)

Kabinet-kabinet RI:
1.Kabinet Presidentil (19 Agustus 1945-14 November 1945)
Menteri Negara Mr. Alex Andries Maramis (sejak 25 September 1945 menjadi Menteri Keuangan ke-2 karena Dr. Samsi berhenti sebagai Menkeu sejak tanggal 26 Sept. 1945)
2.Kabinet Sjahrir I (14 November 1945-12 Maret 1946)
3.Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946- 2 Oktober 1946)
Menteri Muda Pekerjaan Umum Ir. Herling Laoh (PNI)
4.Kabinet Syahrir III (2 Oktober 1946-27 Juni 1947)
Menteri Muda Pekerjaan Umum Ir. H. Laoh (PNI)
5.Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947-11 November 1947)
Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis (PNI)
Menteri Muda Pekerjaan Umum Ir. H. Laoh (PNI) (Jabatan Menmud PU ditiadakan saat Ir. H.Laoh menjadi Menteri Pekerjaan Umum pada 11 Agustus 1947, mengganti Moh. Enoch yang berhenti sebagai Menteri PU)
6.Kabinet Amir Sjarifuddin II (sesudah reshuffling, 11 November 1947-29 Januari 1948)
Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis (PNI)
Menteri Pekerjaan Umum Ir. H. Laoh (PNI)
7.Kabinet Hatta I/Presidentil Kabinet (29 Januari 1948-4 Agustus 1949)
Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis (PNI)
8.Kabinet Darurat/PDRI di Sumatera (19 Desember 1948-13 Juli 1949)
Menteri Luar Negeri Mr. A.A. Maramis (di India)
9.Kabinet Hatta II/Presidentil Kabinet (4 Agustus 1949-20 Desember 1949)
Menteri Perhubungan Ir. H. Laoh (PNI), merangkap
Menteri Pekerjaan Umum Ir. H. Laoh (PNI)
10.Kabinet RIS (Pertama & Terakhir) (20 Desember 1949-6 September 1950)
Menteri Penerangan Arnold I.Z. Mononutu (PNI)
Menteri Perhubungan Tenaga/Pekerjaan Umum Ir. H. Laoh (PNI)
11.Kabinet Susanto (Kabinet RI Yogya) (20 Desember 1949-21 Januari 1950)
12.Kabinet Halim (Republik Indonesia Yogya) (21 Januari 1950-6 September 1950)
13.Kabinet Natsir (Kabinet RI Kesatuan Pertama & Kabinet selanjutnya merupakan Kabinet RI Kesatuan) (6 September 1950-27 April 1951)
14.Kabinet Sukiman – Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952)
Menteri Penerangan Arnold I.Z. Mononutu (PNI)
15.Kabinet Wilopo (3 April 1952-30 Juli 1953)
Menteri Penerangan Arnold I.Z. Mononutu (PNI)
16.Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-12 Agustus 1955)
17.Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-24 Maret 1956)
Menteri Perhubungan Frits Laoh (PRN)
18.Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956-9 April 1957)
Menteri Muda Perekonomian Frans I. (Nyong) Umbas (Parkindo)
19.Kabinet Karya (Kabinet Djuanda) (9 April 1957-10 Juli 1959) (Zaken Kabinet)
Menteri Kehakiman Gustaaf A. (Utu’) Maengkom
Menteri Perindustrian Ir. Fred J. Inkiriwang
20.Kabinet Kerja (10 Juli 1959-18 Februari 1960)
Menteri Muda Penghubung MPR/DPR Ds.W.J. Rumambi (Parkindo)
21.Kabinet Kerja II (18 Agustus 1960-6 Maret 1962)
Menteri Penghubung DPR & MPR Ds. W.J. Rumambi (Parkindo)
22.Kabinet Kerja III (6 Maret 1962-13 November 1963)
Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA/Depernas Ds.W.J.Rumambi
23.Kabinet Kerja IV (13 November 1963-27 Agustus 1964)
Menteri Urusan Penertiban Bank & Modal Swasta J.D. Massie
(sejak 1 Agustus 1964 mengganti Dr. Suharto yang dibebaskan dari jabatan tersebut)
Menteri Penghubung MPRS/DPR/DPA Ds. W.J. Rumambi (Parkindo)
24.Kabinet Dwikora (Kabinet Seratus Menteri) (27 Agustus 1964-28 Maret 1966)
Menteri Urusan Penertiban Bank & Usaha Modal J.D. Massie
Menteri Penghub. MPR/DPR/DPA/Front Nasional W.J. Rumambi
Pemeriksa Keuangan Agung Muda/Anggota BPK a.l. H.A.Pandelaki (pejabat yang berkedudukan sebagai menteri)
25.Kabinet Dwikora yang Disempurnakan Lagi (28 Maret 1966-25 Juli 1966)
Menteri Penerangan Ds. W.J. Rumambi (Parkindo)
Deputi Menteri Keuangan Urusan Anggaran H. Pandelaki
Asisten Waperdam bidang Ekonomi antara lain J.D. Massie
26.Kabinet Ampera (25 Juli 1966-17 Oktober 1967)
27.Kabinet Ampera yang Disempurnakan (11 Oktober 1967-6 Juni 1968)
28.Kabinet Pembangunan I (6 Juni 1968-27 Maret 1973)
29.Kabinet Pembangunan II (27 Maret 1973-24 Maret 1978)
30.Kabinet Pembangunan III (24 Maret 1978-16 Maret 1983)
31.Kabinet Pembangunan IV (6 Maret 1983-21 Maret 1988)
32.Kabinet Pembangunan V (21 Maret 1988-Maret 1993)
33.Kabinet Pembangunan VI (Maret 1993-Maret 1997)
Menteri Pemuda & Olah Raga Hayono Isman (Golkar)
34.Kabinet Pembangunan VII (Maret 1997-Mei 1998)
Menteri Tenaga Kerja Drs. Theo Leo Sambuaga (Golkar)
35.Kabinet Reformasi Pembangunan (Mei 1998-Oktober 1999) pimpinan Presiden Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie
Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Rakyat Drs.Theo L. Sambuaga (Golkar)
36.Kabinet Persatuan Nasional (Oktober 1999-Juli 2001) pimpinan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
37.Kabinet Gotong Royong (Juli 2001-Oktober 2004) pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri
38.Kabinet Indonesia Bersatu (Oktober 2005-2010) pimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono


KABINET NEGARA INDONESIA TIMUR (NIT) DAN PARA TOKOH KAWANUA MINAHASA YANG DUDUK DI DALAMNYA

Tou Minahasa (Kawanua) yang pernah menjadi menteri dalam kabinet NIT:
1.Dr. S.J. Warouw
2.E. Katoppo
3.G.R. Pantouw (Udo)
4.E.D. Dengah (Mais)
5.Mr. S.S. Pelengkahu
6.Dr. W.J. Ratulangi
7.Henk Rondonuwu
8.Ir. F.J. Inkiriwang (Fred)

Kabinet-kabinet NIT:
1.Kabinet pertama NIT (Kabinet Nadjamuddin Pertama) 1947 (diumumkan pada tanggal 10 Januari 1947)
Perdana Menteri Nadjamuddin Daeng Malewa
Menteri Pengadjaran E. Katoppo (Inspektur Sekolah Rakjat, Menado)
Menteri Kesehatan G.R. Pantouw, Makassar
Menteri Penerangan Dr. S.J. Warouw (Gouvernementsarts b/d D.V.G., Menado)
Menteri Lalu-lintas dan Perairan E.D. Dengah (Ketua Dewan Minahasa, Menado
2.Kabinet kedua NIT (Kabinet Nadjamuddin Kedua) 1947 (sampai 20 September 1947)
Perdana Menteri Nadjamuddin Daeng Malewa
Menteri Pengadjaran E. Katoppo
Menteri Kesehatan Dr. S.J. Warouw
Menteri Sosial E.D. Dengah
3.Kabinet ketiga NIT (Kabinet Warouw) 1947 (11 Oktober 1947 – 9 Desember 1947)
Perdana Menteri merangkap Menteri Kesehatan Dr. S.J. Warouw
Menteri Pengajaran E. Katoppo
4.Kabinet keempat NIT (Kabinet Anak Agung Pertama) 1947-1948 (15 Desember 1947 – Desember 1948)
Perdana Menteri Ide Anak Agung Gde Agung
Menteri Pengajaran E. Katoppo
Menteri Kesosialan Mr. S.S. Pelengkahu
Menteri Kesehatan Dr. S.J. Warouw
5.Kabinet Kelima NIT (Kabinet Anak Agung kedua) 1949 (12 Januari 1949 – 26 Desember 1949)
Perdana Menteri Ide Anak Agung Gde Agung
6.Kabinet Keenam NIT (Kabinet Tatengkeng) 1949-1950 (26 Desember 1949 – 13 Maret 1950)
Perdana Menteri Jan Engelbert Tatengkeng
7.Kabinet Ketujuh NIT (Kabinet Kabinet Putuhena) Maret 1950 (3 Maret 1950 – 10 Mei 1950)
Perdana Menteri Ir. Putuhena
Menteri Penerangan Drh. W.J. Ratulangi
8.Kabinet Likuidasi NIT (Kabinet Likuidasi NIT) Mei 1950 (sejak10 Mei 1950)
Perdana Menteri Ir. Putuhena
Menteri Penerangan Henk Rondonuwu
Menteri Pendidikan merangkap Menteri Kesehatan Ir. F.J. Inkiriwang


===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar! Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

6 komentar:

  1. tou minahasa sekarang so banya yang malas, profesi favorit skrg adalah anggota dewan karena dgn modal kongkow-kongkow so boleh jadi anggota dewan. so banya kobong tabiar mar org baku rebe jadi tukang ojek deng klu tamujur jadi pns. kapan lagi torang mo dengar tou minahasa jadi menteri klu sesama elit bakucungkel.

    BalasHapus
  2. Siapa yg menampar Suharto ?.....ya gk ada yg terpilih lah !

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tambahkan lagi Jendral (jenderal, letjen, mayjen dan brigjen) asal Sulut yang mempunyai marga, jumlahnya sampai hari ini ada 108 orang dari 4 matra ; TNI- AD, TNI-AL, TNI-AU, dan POLRI.

      Hapus
  4. wamen termasuk gk? yang orang kawangkoan jaman sby.

    BalasHapus