Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Jumat, 07 November 2008

Sejarah Kampung POOPO Minsel

Naskah di bawah ini adalah tulisan rintisan untuk maksud penulisan buku dengan judul yang sama.
Anda diperkenankan mengutip/menyalin tulisan ini dengan memperhatikan hak cipta, demi hormat dan kemuliaan Bangsa Minahasa.

SEJARAH POOPO

Oleh Bodewyn Grey Talumewo


BAB 1.POOPO SELAYANG PANDANG: MONOGRAFI POOPO

POOPO SELAYANG PANDANG: MONOGRAFI POOPO
Geografi dan Penduduk
Letak, Batas dan Ketinggian
Jarak Jalan Raya Poopo Terhadap Beberapa Tempat di Tanah Minahasa
Iklim dan Cuaca Poopo
Luas Daerah Kepolisian Poopo
Penduduk
Kepala Pemerintahan Poopo Sepanjang Masa
Mata Pencaharian
Adat istiadat/kebiasaan (kebudayaan)
Perkawinan
Kepercayaan
Pendidikan
Tokoh-tokoh asal Poopo


GEOGRAFI DAN PENDUDUK

Letak, Batas dan Ketinggian

Letak Administrasi

Poopo terletak di daerah Minahasa bagian selatan, berada di sebelah barat kuala Ranoiapo dan di selatan kota Motoling dan Pontak, pada dataran rendah Ranoiapo. Poopo berada di Kecamatan Ranoyapo, dalam Kabupaten Minahasa Selatan, yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Poopo berada di ujung utara Pulau Sulawesi, yang berada di gugusan Kepulauan Nusantara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di mana NKRI termasuk pada benua Asia.

Pada masa Hindia-Belanda dulu, negeri1 Poöpo berada di Distrik Tompaso (yang ibu negerinya berada di Tompaso di Minahasa Tengah) dalam Afdeling Amurang di Keresidenan Manado. Kemudian negeri Poöpo berada di bawah Distrik Tompaso (yang ibu negerinya berada di Kumelembuai2).

Perkembangan selanjutnya, desa Poopo berada di bawah Kecamatan Motoling sejak tahun 1959.3 Kemudian desa Poopo berada di bawah Kecamatan Persiapan Ranoyapo yang pada tahun

Setelah Kabupaten Minahasa Selatan resmi berdiri lepas dari Kabupaten Minahasa dengan dilantiknya penjabat Bupati Drs. Ramoy M. Luntungan, maka desa Poopo semakin terbuka lebar untuk dimekarkan menjadi tiga desa. Tanggal 28 Desember 2006 yang baru lalu, Poopo resmi dimekarkan menjadi tiga oleh Bupati Minahasa Selatan menjadi desa Poopo, desa Poopo Utara dan desa Poopo Barat.

Batas-batas

Ketinggian


Kuala

Kuala-kuala yang terutama di Poopo di antaranya:

  1. Kuala Pangian di ya.

  2. Kuala Tumicakal di

  3. Kuala Sigitoy

  4. Kuala Torout .

  5. Kuala Wa’kan

Semua kuala ini bermuara di Kuala Ranoiapo yang merupakan kuala terpanjang di Minahasa (53,8 km).5

Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo (spesifik) dipantau dari satelit.

Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo dipantau dari satelit (spesifik).

Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo dari arah Teluk Amurang, yang dipantau dari satelit (3 Dimensi).

Gambar ... Batas-batas Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan UU No. 10 Tahun 2003.


Jarak Jalan Raya Poopo Terhadap Beberapa Tempat di Tanah Minahasa6

Poopo (pasar?) menuju:
Poopo –
Ranoyapo = 2.90 km
Poopo – Pertigaan Mopolo (Pontak) = 1.30 km
Poopo – Mopolo = 4.30 km
Poopo – Pontak = 2 km
Poopo – Pertigaan Lompad = 5.60 km
Poopo – Lompad = 7.73 km
Poopo – Pertigaan Raanan Lama = 9 km
Poopo – Raanan Lama = 11.18 km
Poopo – Torout = 5 km
Poopo –
Tompaso Baru = 7.34 km
Poopo –
Modoinding = 32 km
Poopo –
Motoli
Poopo –
an Kapitu = 36 km
Poopo –
Kawangkoan Bawah = 40.47 km
Poopo –
Amurang = 43.67 km

Poopo – Manado = 102.08 km

Poopo – Tumpaan = 51.63 km
Poopo –
Kawangkoan = 80.83 km
Poopo –
Watu Pinawetengan = 83.89 km
Poopo –
Tompaso via Kawangkoan = 14.58 km
Poopo –
Langowan via Kawangkoan = 91.41 km

Poopo – Tombatu via Amurang = 128.65 km

Iklim dan Cuaca Poopo7

Iklim Poopo adalah panas. Dari November sampai April bertiup angin Barat dan dari bulan Mei sampai Oktober bertiup angin Selatan. Hujan panas rata-rata terjadi dalam setahun. Cuaca Poopo beberapa tahun sebelumnya, pada setiap hari diwaktu pagi ditutup oleh embun sampai sekitar pukul 09.00. Namun kini embun hanya menyelimuti Poopo kira-kira sampai jam 06.00. Pada waktu musim kemarau perbedaan suhu sangat terasa yaitu siang terlalu panas dan malam hari terlalu dingin.

Luas Daerah Kepolisian Poopo8

Luas keseluruhan Poopo, yaitu gabungan desa Poopo, desa Poopo Utara dan desa Poopo Barat adalah xxx

Penduduk9

Jumlah penduduk Poopo pada tahun 1973 adalah 2.176 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah penduduk Poopo secara keseluruhan (Poopo, Poopo Utara, Poopo Barat) adalah 891 KK dan 3.115 jiwa.

Jumlah penduduk negeri Poopo pada tahun 1873 ada 362 jiwa, dengan catatan bahwa sekitar tahun 1859 ada sejumlah 40 keluarga yang mengungsi ke Bolmong bersama-sama aksi Pemberontakan Mintjelungan yang dipimpin oleh Tonaas Poopo (Ukung Tua), yaitu Apo Dotu Mintjelungan.

Kepala Pemerintahan Poopo Sepanjang Masa

Desa Poopo
Apo/Dotu Menajang Pendiri
Apo/Dotu
Manese ±1750 – ±1800 Tonaas
Apo/Dotu
Mintjelungan ±1800 – ±1860 Tonaas
Tandundi (Cornelius Kawatu) ±1860 – ±1875 Paukum (Ukung Tua)
Moge (Frederik Menajang) ±1875 – 1892 Hukum Tua
Karel Assa 1892 – 1903 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1903 – 1908 Hukum Tua
Lambertus Talumepa
1908 – 1910 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1910 – 1934 Hukum Tua Bintang
Eduard Menajang
1934 – 1936 Penjabat Hukum Tua
Ernst Z. Talumepa 1936 – 1946 Hukum Tua
Eric Londa 1946 – 1947 Penjabat Hukum Tua
Bern A. Menajang 1947 – 1952 Hukum Tua
Pieter Kawatu 1952 – 1953 Hukum Tua
Gradus Mamarimbing 1953 – 1960 Hukum Tua
Bern A. Menajang 1960 – 1962 Hukum Tua
Paulus M. Assa 1962 – 1965 Hukum Tua
Nico Sengkey 1965 – 1967 Penjabat Hukum Tua
Jantje H. Menajang 1967 – 1971 Hukum Tua
W.F.T. (Ampe’) Purukan 1971 – 1977 Penjabat Hukum Tua
Hans Werung 1977 – 1981 Penjabat Kepala Desa
J.A. (Yo’) Assa 1981 – 1989 Kepala Desa
Hans Werung 1989 – Kepala Desa
Beret Menayang – 2002 Kepala Desa
Kawatu Tuang Talumewo 2002 – kini Hukum Tua

Desa Poopo Utara
Mitsuwi Manuel Talumewo 2006-2008 Penjabat Hukum Tua
Maxi Londa 2008-sekarang Hukum Tua

Desa Poopo Barat
Desmon Londa 2006- Penjabat Hukum Tua

MATA PENCAHARIAN

Mata pencarian Poopo sebagian besar adalah petani. Sebagian kecil lagi menjadi pekerja paruh waktu.

Salah satu kegemaran penduduk pada waktu lampau adalah menangkap ikan (udang) di kuala-kuala. Ini disebut ma’samoi. Kata ma’samoi artinya memperguna-kan alat penangkap udang yaitu lidi pohon seho (enau) yang disusun serta diikat menjadi satu pukat.

Kaum wanita di kampung Poopo tempo dulu pandai membuat anyam-anyaman berupa tikar, dan lain sebagainya.

Pada masa pemerintahan Kuntua Bintang Abednego F. Menajang, sudah pernah diadakan pengolahan tambang emas oleh Belanda yang dipimpin olrh Ir. Stormer. Pengolahan ini sudah berhasil, tetapi kemudian dihentikan berhubung rakyat meminta 50 % dari hasil tersebut.

ADAT ISTIADAT/KEBIASAAN (KEBUDAYAAN)

Pada mulanya pakaian penduduk Poopo terbuat dari kulit kayu yang disebut momok. Kulit kayu itu diambil dari kayu momok. Adapun pakaian mereka terdiri dari:10

  1. Laweng (cawat), ialah pakaian yang menutupi bagian muka sampai ke belakang. Kedua ujung laweng ini dihubungkan dengan tali ikat pinggang.

  2. Solowiat, ialah pakaian dari kain yang menutupi bagian muka. Ujung salah satu dari kain itu dihubungkan dengan tali ikat pinggang. Laweng dan Solowiat itu lama-kelamaan mulai lenyap pada waktu Perang Dunia Ke-1 (1914-1918).

Pergaulan dan perhubungan penduduk sehari-hari amat baik sekali. Salah satu contoh yaitu anak-anak menghormati orang tua. Pada waktu lampau, penduduk pandai membuat sarung parang yang diukir, sekarang tidak lagi.11

PERKAWINAN TEMPO DULU12

Perkawinan tempo dulu dilakukan berdasarkan persetujuan, musyawarah kedua belah pihak, yaitu antara orang tua pria dan orang tua wanita (maso minta). Orang tua prialah yang berkewajiban pergi melawati (mengunjungi) orang tua wanita. Perlawatan semacam ini lazim disebut meminang atau tumenga’. Kemudian, kata sepakat antara orang-orang tua kedua belah pihak dilakukan dengan tradisi antar harta, yaitu berupa tanah, hewan dan lainnya. Semua ini merupakan pengorbanan dari pihak keluarga pria. Sebelum menikah, pihak pria diwajibkan membantu orang tua wanita (pengabdian pria).

embutuhkan bantuan orang tua atau dengan kata lain tinggal bersama-sama dengan orang tua.

Kebiasaan perkawinan ini sudah ada perubahan, hanya yang masih berlaku yaitu perlawatan (maso minta) dari orang tua pria dan antar harta (peminangan).

Dukun (orang hobatan) atau walian hingga beberapa puluh tahun lalu masih berlaku, akan tetapi hanya sedikit. Dukun berkurang disebabkan pengaruh agama Kristen.

KEPERCAYAAN


PENDIDIKAN

DAFTAR URUTAN PIMPINAN PENDIDIKAN/KEPALA SEKOLAH DASAR POOPO

Pada tahun 1963, dibuka sebuah sekolah lanjutan pertama di sebelah SD GMIM I Poopo, yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Poopo filial Tompaso Baru. SLTP ini merupakan cabang dari SLTP Negeri Tompaso Baru.13

Pada waktu satu tim peninjau melakukan pengecekan terhadap kelayakan pembentukan SLTP di Pontak, maka SMP Pontak meminjam sejumlah besar murid SLTP Poopo untuk belajar sementara di SLTP Pontak itu pada saat tim tersebut berkunjung, sehingga mempengaruhi opini dari tim tersebut bahwa SLTP Pontak sudah layak menjadi satu sekolah yang mandiri.14

1 Dahulu kampung di Minahasa dan Minangkabau disebut negeri. Pengertiannya lebih mengarah ke “pemukiman merdeka”, karena sistem yang dipegang Minahasa tempo dulu adalah “republik desa”. Masing-masing pemukiman adalah sebuah daerah berpemerintahan sendiri (berdaulat).
2 Sedangkan ibu negeri Tompaso dimasukkan ke dalam Distrik Kawangkoan dan menjadi ibu negeri distrik tersebut.
3 Kecamatan Motoling berdiri sendiri tahun 1959 dengan Camat pertamanya adalah G.N. Salangka. Lihat Boy L. Rondonuwu, Minahasa Tanah Tercinta (Jakarta, 1985), hlm. 109-110.
4 Lihat Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973) hasil seminar guru-guru SD GMIM I & II Poopo tanggal 20 Februari 1973, bandingkan Graafland 1898b, 2:LXXX.
5 Rondonuwu 1985:10, lihat juga Warokka 2004:83.
6 Warokka 2004:637-645 (dari Dinas Perhubungan & Telekomunikasi Kabupaten Minahasa Selatan).
7 Lihat Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973), hlm. 2.
8 Billy Werung (Sekretaris Desa Poopo), 11 Januari 2007.
9 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit. Sekdes Poopo (Billy Werung), 11 Januari 2007.
10 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit.
11 Ibid.
12 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Op. Cit. 3.
13 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit.
14 Wawancara Erenst Talumewo, tahun 1999.




BAB 2. SEJARAH AWAL MULA POOPO



SEJARAH AWAL MULA POOPO
Pendirian/tumani wanua Poopo
Orang-orang Pertama yang Mendiami Poopo

Asal Usul Penduduk yang Mendiami Poopo
Faktor-faktor Umum Penyebab Pendatang Tinggal di Poopo
Asal mula nama Poopo
Kisaran Tahun Berdirinya Poopo
Literatur lama yang mencatat nama Poopo
Keluarga Dotu Menajang-Reget
Poopo dalam Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Zending di Minahasa Tempo Dulu
T
entang Wanua Pontak
Tentang Kampung Poopo di Bolaang Mongondow (Poopo Mongondow)



PENDIRIAN/TUMANI WANUA POOPO

Pada tahun 1693 terjadinya sebuah peristiwa besar yaitu ..............


ORANG-ORANG PERTAMA YANG MENDIAMI POOPO

Pada abad ke-18,1 Dotu Menayang bersama istrinya Reget berangkat dari kampungnya di Minahasa Tengah ke daerah selatan Minahasa di perbatasan antara Minahasa dan Bolaang Mongondow di daerah kampung Poopo sekarang ini.2 Di sebelah daerah tempat mereka tinggal itu ada kampung yang telah ada lebih dahulu yaitu kampung Pontak. Setelah keluarga ini merasa bahwa daerah tempat tinggal ini baik sekali untuk dibuat sebuah pemukiman dan diusahakan sebagai tempat bertani, maka dipanggilah seorang walian (waranei?)3 yang bernama Tigau untuk meresmikan berdirinya tumani4 ini yang bertugas sebagai walian (pemimpin upacara adat) pada saat tumani tersebut pada sekitar pertengahan abad ke-18. Sesudah tumani wanua ini didirikan maka sejumlah keluarga dari wanua Pontak dan beberapa daerah di Minahasa Tengah lainnya berduyun-duyun datang menetap di desa ini.

Tidak mungkin wanua Poopo lahir sekitar tahun 1600-an karena hal ini tidak didukung berdasarkan penelusuran silsilah Dotu Menayang. Ternyata penelusuran slagbom tersebut dia tidak mungkin lahir di abad tersebut.

Gambar ...Suasana perladangan orang Minahasa tempo dulu (± 1850).

ORANG PERTAMA YANG MENDIAMI POOPO

Dotu Menajang dan istrinya Reget, berasal dari Sonder beserta anaknya yaitu Dotu Sual. Dengan demikian orang pertama yang datang dan mendirikan tumani Popoh adalah:

    1. Apo/Dotu MENAJANG5

    2. Apo REGET (istri Apo Menajang)

    3. Apo/Dotu SUAL (anak Reget, anak tiri Apo Menajang)

    4. Tigau (berfungsi sebagai walian)

Gambar ...Batu Aitani Poopo ketika dipugar oleh mahasiswa KKN Unsrat Manado tahun 2006.


Gambar ...Batu Aitani Poopo, diletakkan oleh Apo Menajang saat mendirikan tumani Popoh.


ASAL USUL PENDUDUK YANG MENDIAMI POOPO

1 Abad ke-18 dalam perhitungan kalender dihitung antara tahun 1700 sampai 1799.
2 Menurut beberapa penelitian dari tua-tua kampung dalam penyelidikan mengenai keluarga Menayang-Reget menyimpulkan bahwa Menayang kawin dengan Reget di Pontak, namun Apo Menayang sendiri tidak menetap di Pontak tapi segera membuka tumani Popoh. Wawancara Erenst Talumewo, 29-30 Januari 2007.
3 Menurut Erenst Talumewo, dalam penyelidikan terhadap tulisan dari opa Talumepa di Rumoong Bawah Amurang (keduanya bertemu sebelum Pergolakan Permesta), Tigau adalah seorang waranei. Tulisan tersebut berisi sejarah kampung-kampung di daerah Minahasa Selatan, yaitu di lembah Kuala Ranoiapo.
4 Tumani adalah sebutan untuk sebuah kompleks pemukiman awal yang merupakan cikal bakal dari sebuah wanua, yang sekarang ini dikenal dengan nama desa.
5 Apo’ adalah istilah yang biasa digunakan oleh orang Tompakewa/Tountemboan untuk istilah“opo”
6 Henley 2000:...
7 Supit 1986:96, Watuseke 1968:Lamp. IX.
8 Bandingkan Ben Booma, Laporan Pelaksanaan KKN di Desa Pontak Kabupaten Minahasa Selatan (Tomohon, 2006).



Orang Poopo pada umumnya berasal dari Minahasa Tengah, yaitu dari daerah Sonder, Tompaso, dan Langowan. Hasil dari pengumpulan data-data dari orang-orang tua Poopo maka jelaslah bahwa Keluarga Menayang-Reget berasal dari Sonder, dimana Dotu Menayang berasal dari Sonder, sedangkan istrinya Reget berasal dari Tompaso.1 Sebagai perbandingan, di Sonder sekarang banyak terdapat fam Menayang.


ASAL USUL PENDUDUK TUMANI WANUA POOPO / ASAL MULA WANUA

  • Sonder/Kawangkoan (antara lain Menayang, Reget, Kawatu, Tololiu, Masinambouw)
  • Tompaso (Sondak, Reget, Sual, Rindengan, Assa)
  • Langowan (Talumewo, Lumintang)
  • Pontak (Mamarimbing, Mamusung, Saroinsong)

Dengan demikian Poopo merupakan salah satu bagian dari daerah anaksuku (Pakasaan) Tountemboan dengan bahasa pengantar adalah bahasa Tountemboan dialek makelei.2


FAKTOR-FAKTOR UMUM PENYEBAB PENDATANG TINGGAL DI POOPO
  • Perselisihan antar walak di

  • Hal ini membuat Dotu Menajang berhenti di situ, kemudian membuat tumani yang kemudian dibentuk menjadi sebuah wanua.


ASAL MULA NAMA POOPO

Ada dua dugaan orang tentang asal mula penamaan kampung Poopo di Minahasa Selatan:


  1. Ai Popoh = rumah bertiang tinggi

Rumah tinggi demikian didirikan penduduk mula-mula karena mereka berada di ujung selatan Tanah Minahasa, sedangkan mereka tidak membuat pagar bambu di sekeliling tumani seperti biasanya sebuah kompleks pemukiman di Minahasa pada masa itu.

Kata “popoh” ini berasal dari bahasa Tombulu yang berarti “rumah/pondok yang berlantai tinggi”

* Dalam Kamus Toumbulu-Indonesia oleh K.Y. Ering, disebutkan:7

popo” ada dua artinya (1) menantang dan menahan dengan tangan,

(2) pondok di kebun, lantainya ditinggikan

po’po” artinya kelapa

* Dalam Kamus Dwibahasa Tonsea-Indonesia oleh Drs. P.P.Kepel dan Drs. J. Ganda, disebutkan:8

popo (n=kata benda)”9 artinya pondok; dangau; bangunan sementara yang didirikan di sawah, ladang dsb. Untuk tempat berteduh, makan dsb.

popo (a=kata sifat)” artinya pendek

popo (v=kata sifat)” artinya 1. tatang; membawa/mengangkut di atas telapak tangan

2. tadah; tampung (Melayu Manado dafo).

po’opo’ (n=kata benda)” 1. tanaman/buah kelapa.

2. nama desa di Kabupaten Minaahsa Selatan.

* Dalam Kamus Ratahan-Indonesia dan Indonesia-Ratahan oleh A. Kolinug, disebutkan:10

popo” artinya rumah satu tiang

  1. Poöpo’ = pohon kelapa

Tidak ada bukti bahwa desa Poopo dinamai menurut pengertian di atas, yaitu yang berhubungan dengan kelapa.

Namun yang diakui oleh orang Poopo adalah popoh. Popoh adalah nama untuk sebuah “sabuah” yang lantainya pitate, yang ditinggikan, dan rumah itu berdiri di atas tiang-tiang tinggi (semacam panggung). Menurut tokoh masyarakat Poopo, Erenst Talumewo rumah itu seperti yang dibuat oleh orang Bolaang-Mongondow, dimana atapnya (terbuat dari katu) hampir menyentuh tanah tanpa jendela.11

KISARAN TAHUN BERDIRINYA POOPO

Pandapat awal penulis bahwa Poopo berdiri pada abad ke-XVIII,12 tepatnya antara tahun 1715-1760.

Namun kita dapat mengetahui sedekat mungkin mengenai tahun berdiri Poopo dengan mengadakan penyelidikan terhadap beberapa hal:

  1. Slagbom keluarga dari dotu-dotu kampung Poopo.
  2. Penyelidikan terhadap slagbom merupakan penyelidikan yang penting karena kita dapat lebih menyederhanakan tahun spesifik dari berdirinya tumani Poopo yang dilakukan oleh pasangan suami istri Menajang dan Reget bersama anak Sual.
  3. Buku baptisan Resort Kumelembuai (Klasis Kumelembuai dahulu).
  4. Buku baptisan ini menjadi salah satu faktor penting dalam menyelidiki slagbom Poopo. Cara ini memang belum tentu berhasil. Namun, melihat dari data-data yang terdapat dalam buku baptisan itu yang telah berusia ratusan tahun akan membuat kita penasaran akan kakek-nenek kita yang sejarahnya terlupakan. Data-data baptisan tersebut dapat menjadi acuan serta mempersempit penelitian kita hingga tercapainya suatu data yang akurat dan kredibel.
  5. Sejarah Poopo yang dituturkan dari mulut ke mulut. Penuturan dari orang-orang tua Poopo akan membuka cara berpikir kita tentang apa yang dipikirkan oleh dotu-dotu kita pada waktu itu. Sejarah Poopo yang disampaikan oleh orang (keturunan) Poopo itu sendiri akan menjadi pembuka tabir yang tidak mungkin diketahui oleh orang luar/penulis dari luar yang hanya mengandalkan literatur dan hipotesa umumyang walaupun dapat diperhitungkan, namun tidak sepenuhnya akurat serta belum tentu benar.
  6. Sejarah Minahasa pada umumnya. Poopo sebagai bagian integral dari bangsa Minahasa tentunya akan memerlukan sejarah Minahasa itu sendiri untuk diperbandingkan dan menjadi acuan utama dalam penyelidikan ini. Sehingga hasil dari penyelidikan sejarah Poopo akan menambah koleksi sejarah Minahasa pada umumnya. Sejarah Minahasa dapat kita gali dari penuturan orang yang mengerti akan sejarah Minahasa itu sendiri, serta menggali dari literatur sejarah Minahasa yang terbit pada masa Spanyol, Hindia-Belanda, maupun yang baru terbit pada beberapa puluh tahun belakangan ini.
  7. Perbandingan jumlah penduduk Poopo dan Minahasa pada umumnya. Perbandingan jumlah ini akan dapat membuka jalan lain dari upaya penyelidikan kita ini. Penyelidikan kita dapat periksa data penduduk Minahasa antara tahun 1679 (Kontrak Persahabatan Minahasa-Belanda 10 Januari 1679), 1852 (data dari ahli P. Bleeker yang mengunjungi Minahasa), 1873 (buku pelajaran sekolah zending karangan N. Graafland), 1895 (data dari pemerintah Belanda ataupun NZG), 1930 (Sensus Penduduk Hindia-Belanda), 1940 (Sensus Penduduk Hindia-Belanda). Untuk mencari laju pertambahan penduduk waktu itu.

Slagbom keluarga dari dotu-dotu kampung Poopo

Penyelidikan terhadap slagbom merupakan penyelidikan yang penting karena kita dapat lebih menyederhanakan tahun spesifik dari berdirinya tumani Poopo yang dilakukan oleh pasangan suami istri Menajang dan Reget bersama anak Sual.

Ditinjau dari jumlah perbandingan slagbom keluarga dotu-dotu kampung Poopo maka kita dapat memperkirakan tahun berdirinya Poopo.

Ada beberapa hal yang patut kita perhitungkan:

Dalam sebuah slagbom tete Bram Londa, dicatat bahwa anak dari Apo/Dotu Sual, yaitu Longkay Sual kawin dengan Kawulanan Rawis (anak Apo/Dotu Rawis) pada tahun 1770. Bila ia kawin tahun 1770, maka ia sekurang-kurangnya berumur 15 tahun atau rata-rata usia perkawinan 20-35 tahun. Jadi Dotu Sual waktu itu sekurang-kurangnya sudah berumur:
15 tahun + 15 tahun = 30 tahun
atau 20 + 20 tahun = 40 tahun
atau 25 + 25 tahun = 50 tahun
Jadi antara 30-50 tahun.

Bila kita ambil rata-rata maka kita mendapati bahwa Apo Sual berusia 40 tahun pada tahun 1770. Sedangkan pada waktu pendirian/pembukaan tumani Popoh oleh Menayang-Reget, sekurang-kurangnya ia telah berusia remaja atau telah beranjak pemuda 25 tahun.
Maka 1770 – 25 = 1745,

atau 1770 – 30 = 1740,
atau 1770 – 35 = 1735

1 Guru-guru SD GMIM I & II Poopo. Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973). Lihat juga silsilah dari T.A. (Bram) Londa.
2 Dialek Makela’i dituturkan di daerah Langowan, Tompaso’, dan sebagian Tompaso’ Baru. Sedangkan dialek Matana’i dituturkan di daerah Sonder, Kawangkoan, Tareran, Tumpaan, Tenga’, Amurang, Modoinding.
3 Lihat Bert Supit, Minahasa: Dari Amanat Watu Pinawetengan sampai Gelora Minawanua, (Jakarta, 1986).
4 Ibid. Lihat juga Taulu 1951:32-33, dan F.S. Watuseke, Sedjarah Minahasa (Manado, 1962), hlm 27.
5 Watuseke, Op. Cit. 30.
6 Ibid.
7 K.Y. Ering, Kamus Toumbulu-Indonesia (Tomohon, 2004), hlm. 61.
8 Drs. P.P. Kepel, Kamus Dwibahasa Tonsea-Indonesia (Manado, 2006), hlm. 288. Lihat lampiran …
9 nomina = kata benda, adjektiva = kata sifat (kata yang menjelaskan nomina), verba = kata kerja.
10 A. Kolinug, Kamus Ratahan-Indonesia dan Indonesia-Ratahan (Manado, 1990), hlm. 57. Lihat lampiran …
11 Wawancara Erenst Talumewo (Eng) tanggal 29 Desember 2006.
12 Abad ke-18 dihitung antara tahun 1700 sampai 1799.

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, walalu torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

6 komentar: