Bangsa Minahasa
Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)
Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya. ("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)
Pelatihan Kader Identitas Budaya Minahasa: Modal Utama Desentralisasi dan Demokratisasi
Angkatan ke-3 di Kora-kora Resort, Pantai Kora-kora, Kapataran, Minahasa, tanggal 3-5 November 2005.
Kerja sama Yayasan Suara Nurani, Persatuan Minahasa, Majelis Adat Minahasa (MAM), ICRES (Lembaga Sumekola), dan Perpustakaan Minahasa 'AZR Wenas'.
Berdiri di ujung kiri (ke kanan) berturut-turut: Matulandi P.L. Supit, SH (Sekjen MAM/Sekjen Brigade Manguni), Veldy Umbas (Direktur ICRES), Trully Lasut, Erwin Sumampow (PDAM Minahasa). Jongkok di kiri: Daniel 'Daks' Kaligis.
Berdiri di ujung kanan (ke kiri) berturut-turut: Dr. Bert A. Supit (Presiden MAM/Sekjen Persatuan Minahasa), Jootje A. Kawengian (Sekretaris Perpustakaan Minahasa AZR Wenas).
Berdiri no. 13 dari kiri atau no. 14 dari kanan: Bodewyn Grey Talumewo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar