Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Kamis, 22 Januari 2009

Galeri Foto Minahasa: yang berHUT bulan Januari

Kawanua Minahasa yang berhari ulang tahun pada bulan Januari ini.

2 Januari 1922: Hendrikus Gerardus Rorimpandei.
Seorang pegiat dalam dunia pers. Salah satu pendiri Pustaka Sinar Harapan milik PGI & menjadi pemimpinnya selama bertahun-tahun.

5 Januari 1945: Letjen TNI Purn. Drs. Evert Ernst Mangindaan, SH, SE
Mantan Gubernur Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad).
Mantan Gubernur Sulawesi Utara.
Mantan Sekjen Partai Demokrat.

12 Januari 1795: Groot-Majoor titulair KNIL (Overste) Tololiu Hermanus Willem Dotulong.
Majoor/Hukum Besar Distrik Sonder.
Komandan Serdadu Tulungan (Bantuan) Minahasa dalam menumpas Perang Jawa (Perang Diponegoro).
Menangkap Pangeran Diponegoro dalam penyergapan bulan Maret 1830.

Kubur dari T.H.W. Dotulong di Sonder.
Bode Talumewo berpose di depan kubur sambil memegang klewang milik T.H.W. Dotulong, yang membabat pasukan Diponegoro 1829-1830.

12 Januari 1948: alm. Boy Bolang.
Pegiat dalam olah raga tinju nasional.

14 Januari 1896: Nicolaas F. G. Mogot.
Hukum Kedua Manado, anggota Gemeenteraad-Manado, anggota Volksraad di Batavia.
Kepala Penjara Cipinang.
Ayah Mayor Daan Mogot (pendiri Akademi Militer Tangerang).

Kubur N.F.G. Mogot di Langowan (dikuburkan tanpa kepala karena dipancung perampok di Jakarta 1945), di samping ayahnya - Hukum Besar Everhardus Mogot.

Rumah dari keluarga Mogot di Langowan.

16 Januari 1945: Drs. Sinyo Harry Sarundajang.
Gubernur Sulawesi Utara terpilih sekarang.
Mantan Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri (Depdagri).

20 Januari 1925: alm. Jan Maximilian Johan Pantouw (Nun Pantouw).
Petinggi Angkatan Darat PRRI/Permesta.
Bos dari Kamangta Vegetaible Olil (KVO).

21 Januari 1848: Majoor Jan Alexander Kawilarang.
Majoor Distrik Tondano Toulimambot dan Tondano-Touliang.
Ayah dari Mayor KNIL A.H.H. Kawilarang dan Letkol KNIL dr. J.A.J. Kawilarang serta A.J.H.W. Ples Kawilarang.
Opa dari Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Besar Permesta).

Kubur dari J.A. Kawilarang di Tondano-Toulimambot.

Bode Talumewo di kubur keluarga J.A. Kawilarang.

27 Januari 1915: O.H. Pantouw (Ingka).
Tokoh Pers Minahasa.

Bode Talumewo di kubur O.H. Pantouw dan istrinya di Tikala-Ares Manado.

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

1 komentar: