Bangsa Minahasa

Setiap bangsa yang ingin mempertahankan jati dirinya, harus menghargai warisan suci tradisi dan budaya dari para leluhurnya; Kita (bangsa Minahasa) harus memelihara dan mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Minahasa dengan segenap kemampuan dan semangat, karena semangat itu sendiri tidak lain mengandung tradisi dan budaya Minahasa. (Dr. Sam Ratulangi: Fikiran - 31 Mei 1930)

Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami Minahasa disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya.
("Het Minahassisch Ideaal" / Cita-cita Minahasa oleh DR. GSSJ Ratu Langie, ‘s-Gravenhage, Belanda - 28 Maart 1914)

Selasa, 20 Januari 2009

Galeri Foto: Watu Pinantik di Kali - Pineleng 20 Januari 2009

Ekspedisi meneliti Perang Tombulu/Minahasa-Spanyol tahun 1644/1645

Menuju Kali, Pineleng pada hari Selasa, 20 Januari 2009 jam 16.30. Dari terminal Karombasan, nae oto jurusan Kali Rp 3.000,- pera'. Turun sebelum maso kampung (di bawah). Turun di kuala di sabla kiri (sabla timur), turung kuala, nae ulang ka sablah di bukit Watu Pinantik.

Tugu memasuki desa Kali kecamatan Pineleng (da foto waktu so pulang, so malam).

Di seberang kuala, di kaki bukit tempat kompleks batu dari Watu Pinantik.

Di atas jembatan kecil dari besi, menuju ke kaki bukit Watu Pinantik, kampung Kali - Pineleng.

Ini batu yang berada di paling bawah. Semacam batu altar, yang ada goresan cawan perjamuan.

Batu di komples ini, mungkin altar peringatan.

Bo deTalumewo di batu altar di paling bawah. Perhatikan goresan setelah diperjelas dengan kapur tulis. ada cawan, huruf XP (bahasa Yunani Xpistos, "kristus"). Namun ada tulisan P. Ferdinand. Bukankah bahasa latin adalah Fernando/Fernao? Jadi goresan ini mungkin dibuat setelah Katolik masuk kembali akhir abad ke-19 (1800an akhir).

Goresan mirip orang terpancung kepalanya.

Bode Talumewo di depan batu dengan goresan tubuh.

Bode Talumewo sebelum memperjelas goresan di batu. Watu Pinantik inilah yang utama dari beberapa batu di kompleks ini. Diperjelas dengan menggunakan kapur tulis warna putih dan kuning.

Batu kedua dari dua batu utama di kompleks ini.

Batu utama setelah diperjelas dengan kapur tulis (So malam waktu itu). Ini mirip dengan huruf Tagalog tempo dulu (ada beberapa yang nda sempat kase terang karena so malam, so glap).

Pulang jam 18.05 sore, bajalang kaki sampe di patong Imam Bonjol di Lotta - Pineleng 19.00.

===================================================================
"Tabea Waya!
Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan, kisah dan kedudukan kaumnya di sepanjang masa!
Minahasa adalah bangsa yang basar!
Karena itu hargai akang torang pe Dotu-dotu deng samua yang dorang kase tinggal for torang!
Pakatuan wo pakalawiren!
Sa esa cita sumerar cita, sa cita sumerar esa cita! Kalu torang bersatu torang musti bapencar, biar lei torang bapencar torang tetap satu!
I Yayat U Santi!"
===================================================================

2 komentar:

  1. manado memang banyak memiliki tempat2wisata alam

    BalasHapus
  2. saya sangat tertarik akan warisan dan sejarah minahasa tolong cerita sejarah minahasa yang lain bisa di sher lagi di blok ini soalnya saya masih keturunan minahasa tapi berdomisili di kalimantan. Terima kasih.

    BalasHapus